Selular.ID – Siapa tak kenal dengan Electronic City (EC). Sebagai retailer eletronik modern terbesar di Indonesia, EC memiliki rekam jejak yang panjang.
Tahun ini saja, EC bakal berusia 23 tahun. Wajar jika brand awareness EC sudah menancap cukup kuat di benak masyarakat.
Untuk diketahui, EC berdiri sejak 2001. Kehadirannya ditandai dengan pembukaan toko standalone sekaligus toko pertama (flagship store) di Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta.
Toko tersebut bertahan hingga kini, sekaligus menjadi salah satu landmark SCBD. Kawasan yang dikelola pengusaha kawakan Tomi Winata itu, juga semakin berkembang menjadi pusat bisnis terkemuka di selatan Jakarta.
Setelah toko pertama di SCBD, EC kemudian memperluas jaringan toko di luar Jabodetabek dengan membuka toko di Denpasar (Bali) pada 2004 dan Medan (Sumatera Utara) pada 2007.
Rajin melakukan ekspansi, gerai EC terus meluas ke kota-kota di Indonesia. Hingga akhir 2023, total gerai EC sudah mencapai 60 toko. Termasuk penambahan dua toko baru yaitu SKA Mall Pekanbaru dan Teuku Umar Bali.
Tak berlebihan dengan jumlah gerai sebanyak itu, menjadikan EC sebagai jaringan retailer elektronik modern nomor satu di Indonesia.
Pesatnya pertumbuhan EC sejalan dengan semakin bergesernya kebiasaan masyarakat dalam berbelanja produk-produk elektronik.
Alih-alih berkunjung ke pasar tradisional, seperti Glodok dan Mangga Dua di Jakarta Barat misalnya, masyarakat kini lebih menyukai berbelanja di toko elektronik bergaya ritel modern. Semacam pasar swalayan untuk barang-barang elektronik.
Lihat Juga:
Banyak hal yang menjadikan kelebihan ritel modern di bandingkan toko elektronik tradisional. Seperti kenyamanan, tersedia banyak pilihan, penataan barang yang lebih rapi, dan harga yang pas tanpa tawar menawar.
Jika sedang beruntung, konsumen bisa memperoleh barang dengan harga promo. Lengkap dengan pilihan cara bayar. Baik tunai maupun kredit.
Hal itu dibarengi dengan garansi resmi. Sehingga konsumen memperoleh perlindungan dari produk elektronik yang dibelinya.
Begitu juga dengan layanan purna jual. Seperti pengiriman dan pemasangan gratis di tempat tujuan. Pendeknya, pengalaman berbelanja yang mendorong kepuasan pelanggan menjadi nilai lebih gerai elektronik modern.
Hal itu juga yang menjadi salah satu keunggulan yang terus dipertahankan oleh EC hingga kini. Tengok saja pada perayaan HUT ke 21 perusahaan yang jatuh pada Oktober 2023 lalu.
Dalam rangkaian anniversary sepanjang 11 Oktober – 17 Desember 2023, EC membagi kebahagiaan kepada seluruh pelanggan, stakeholders dan partner dengan membagikan promo berupa Belanja Elektronik Gratis Setiap Hari, Double Hadiah Double Untung hingga Tambahan Point bagi e-cityzen yang melakukan transaksi di toko.
Berkat promo-promo menarik dan layanan yang memanjakan konsumen, kinerja EC tetap terjaga. Meski persaingan semakin ketat dengan pemain sejenis, dan tren sebagian masyarakat yang mulai beralih ke toko-toko e-commerce.
Tengok saja laporan keuangan perusahaan pada kuartal III-2023. Tercatat pendapatan EC naik 15,21% secara year on year (YoY) menjadi Rp 1,78 triliun. Lonjakan pendapatan mendorong kenaikan laba bersih menjadi Rp 4,26 miliar.
Menjadi retailer elektronik modern terbesar di Indonesia, membuktikan bahwa EC mampu bertahan dan terus berkembang di tengah pasar yang kompetitif.
Di sisi lain, pasar terus bergerak dinamis karena perubahan perilaku masyarakat yang umumnya dipicu oleh kemajuan teknologi, berubahnya regulasi dan massifnya publikasi media.
Padahal, EC bukan yang pertama. Incumbent-nya adalah Agis. Untuk diketahui, sebagai pelopor gerai elektronik modern di Tanah Air, Agis Superstore diperkenalkan kali pertama pada 1997.
Sepanjang 2001 – 2005, EC bersaing ketat dengan Agis dalam memperebutkan pangsa pasar. Menawarkan beragam kelebihan, terutama dari sisi harga dan pelayanan, EC menjadikan persaingan dengan Agis sebagai momentum untuk terus berlari.
Namun memasuki 2006, EC dan Agis tak lagi melenggang berduaan. Datangnya dua raksasa baru, Electronic Solution (ES) asal Singapura dan Best Denki (BD) dari Jepang, mengubah landscape persaingan.
Apalagi hanya dalam tempo beberapa tahun saja, gerai keduanya terus meluas ke berbagai kota besar di Indonesia.
Berbeda dengan Agis yang malas berekspansi, manuver ES dan BD menyentak EC. Imbasnya persaingan pun semakin ketat.
Jakarta memang masih merupakan pasar yang seksi. Namun medan pertempuran sudah meluas ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Guna mengimbangi EC, ES mengambil langkah frontal. Anak perusahaan TT International Ltd Singapore itu, rajin membuka gerai. Tak hanya di ibu kota provinsi, namun juga kota kabupaten.
Tak ingin dipecundangi ES yang terus tancap gas, EC melakukan konsolidasi dan berupaya mengimbangi dengan pembukaan gerai-gerai di banyak kota.
Baca Juga: ECI Protect Solusi Perlindungan Elektronik di Electronic City
Rajin berekspansi, membuat EC dan ES seolah dua kuda pacu yang terus berkejaran tanpa kenal lelah di medan pertempuran yang sama. Tengok saja pada akhir 2014, ES sudah memiliki 54 gerai dan EC punya 64 gerai.
Namun rivalitas sengit antara EC dan ES harus berakhir. Doyan membuka gerai baru membuat ES dibelit persoalan keuangan.
Kerugian yang menggunung, membuat manajemen tak mampu membayar para krediturnya. Alhasil, PT TT Internasional Indonesia dinyatakan bangkrut pada 2016. Pailitnya TT dengan sendirinya membuat ES berhenti beroperasi.
Tumbangnya ES membuat EC semakin leading. Apalagi beberapa tahun kemudian, BD juga mengalami hal serupa.
Pada 31 Januari 2021, retailer elektonik yang kebanyakan tokonya berada di mal-mal kelas atas itu, berhenti beroperasi di Indonesia.
Senasib dengan ES, Pada 10 November 2022, PT Best Denki Indonesia resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Tak dapat dipungkiri, pandemi covid-19 yang mewabah pada 2020, membuat banyak pelaku ekonomi terjerembab.
Penutupan mal akibat pembatasan aktivitas masyarakat, membuat BD semakin tak berdaya. Di sisi lain, pandemi membuat konsumen mulai beralih ke e-commerce.
Imbasnya, BD pun memilih menyerah. Padahal di masa jayanya, BD pernah memiliki 26 gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Dengan tumbangnya ES dan BD, praktis EC semakin di depan. Sejatinya masih ada beberapa pemain yang masih membayangi, sebut saja Seven Electronic dan Hartono. Namun dari sisi gerai, jumlahnya tidak signifikan dibandingkan EC.
Halaman Selanjutnya..
Page: 1 2
This website uses cookies.