JAKARTA, SELULAR.ID – Calon Presiden (Capres) nomor urut 3 dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Ganjar Pranowo memberikan penjelasan terkait rencana dirinya akan menunjuk jenderal bintang tiga di kepolisian untuk menangani keamanan siber.
Hal tersebut disampaikan Ganjar Pranowo beberapa hari lalu usai debat capres seri ketiga.
“Karena ke depan kan kejahatan-kejahatan siber muncul. Pinjol aja orang kemudian sudah berasumsi wah ini bisa penipuan, bisa kejahatan online dan sebagainya,” ujar Ganjar Pranowo.
Ganjar menegaskan, persoalan keamanan siber tidak bisa dianggap sebelah mata di tengah era digitalisasi dan industri 5.0.
TONTON JUGA:
“Padahal kan konsep awalnya lebih praktis. Tapi ada efek yang ada di sana. Terus kemudian serangan-serangan siber, bobolnya website atau jaringan-jaringan di instansi, maka butuh keseriusan,” ujar Ganjar.
“Tapi gak cukup, maka menurut saya butuh badan siber sendiri yang dikelola oleh kepolisian dan itu bintang 3,” pungkas Ganjar Pranowo.
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol
Angkatan Perang Keempat
Sebelumnya, pengamat teknologi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan Indonesia menjadi sasaran empuk para peretas atau hacker.
Hal itu Heru ungkapkan setelah kejadian akun YouTube milik DPR RI yang mudah hacker retas.
Heru juga mengungkapkan penyebab pertama yakni karena hackernya jago mampu membobol meskipun sistem keamanan siber atau websitenya sudah sangat kuat.
Penyebab kedua yakni karena memang keamanan siber aplikasi atau websitenya memang sudah lemah.
“Peretasan terjadi karena hackernya jago meski keamanan siber aplikasi atau web sitenya sangat kuat, atau memang keamanan siber aplikasi atau websitenya memang sudah lemah,” ujar Heru kepada Selular.id, Jumat (8/9/2023).
Baca juga: Akun YouTube DPR RI Kembali Aktif Usai Peretasan dan Hilang
Heru menambahkan jika keamanan siber di Indonesia tidak menjadi prioritas dan perhatian bagi penyelenggara sistem elektronik.
Alasannya karena akan menambah biaya, dan selalu merasa sistemnya kuat.
“Padahal pada kenyataannya ketika ada oknum yang meretas baru menyadari sistemnya lemah,” jelas Heru.
Heru juga menyebut Indonesia menjadi sasaran empuk peretas, baik lokal maupun internasional.
Bahkan menjadi nomor dua di dunia sebagai korban peretasan keamanan siber dan keamanan data.
“Khususnya aplikasi atau situs perbankan dan keuangan. Kemudian juga situs pemerintahan, kementerian atau lembaga,” jelasnya.
Angkatan Perang Siber
Baca juga: Taktik OJK Pelototi Pinjol, Agusman Bocorkan Pengawasannya