Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Kurangnya Anggaran Keamanan Siber, Industri Ritel Alami Ancaman

BACA JUGA

Selular.ID – Menurut studi terbaru yang dilakukan Kaspersky, secara global, organisasi infrastruktur kritikal, minyak & gas, dan energi mengalami jumlah terbesar insiden dunia maya karena alokasi anggaran yang tidak tepat (25%).

Namun di Asia Pasifik, industri ritel mengalami jumlah serangan siber yang paling sukses dalam 24 bulan terakhir.

Survei terbaru juga mengungkapkan 19% perusahaan di kawasan ini pernah mengalami insiden siber karena kurangnya investasi keamanan siber dalam dua tahun terakhir.

Terkait finansial perusahaan, hampir satu dari lima (16%) mengakui bahwa mereka tidak memiliki anggaran untuk langkah-langkah keamanan siber yang memadai.

Kaspersky melakukan penelitian untuk mengetahui pendapat para profesional Keamanan TI yang bekerja untuk UMKM dan perusahaan di seluruh dunia mengenai dampak manusia terhadap keamanan siber di sebuah perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai kelompok orang yang mempengaruhi keamanan siber mempertimbangkan staf internal dan kontraktor eksternal.

Laporan ini juga menganalisis dampak pengambil keputusan terhadap keamanan siber dalam hal “alokasi anggaran”.

Sebanyak 234 responden dari Asia Pasifik disurvei, dari 19 Negara, termasuk Indonesia selain itu ada Brazil, China, Chili, Kolombia, Prancis, Jerman, India, Jepang, Kazakhstan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Spanyol, Turki, UEA, Inggris, dan Amerika Serikat.

Dalam laporan tersebut mengatakan bahwa, Distribusi anggaran yang tidak memadai untuk keamanan siber menyebabkan 19% perusahaan di Asia mengalami insiden siber dalam dua tahun terakhir.

Situasinya berbeda untuk setiap industri. Misalnya, organisasi ritel yang paling banyak mengalami pelanggaran siber karena kurangnya anggaran (37%), diikuti oleh perusahaan telekomunikasi (33%) dan sektor infrastruktur penting, energi, minyak dan gas (23%).

Sementara itu, beberapa industri menunjukkan jumlah insiden siber yang lebih kecil. Industri manufaktur mengalami 11% insiden siber akibat keterbatasan anggaran, sementara transportasi & logistik mengalami 9% insiden siber.

Ketika ditanyai mengenai anggaran untuk langkah-langkah keamanan siber, mayoritas (83%) responden di Asia Pasifik mengatakan bahwa mereka siap menghadapi atau bahkan mengantisipasi ancaman-ancaman baru.

Namun, 16% perusahaan tidak menunjukkan kinerja yang baik, 15% melaporkan bahwa mereka tidak memiliki cukup dana untuk melindungi infrastruktur perusahaan dengan baik.

Pada saat yang sama, masih ada perusahaan yang tidak memiliki alokasi biaya untuk keamanan siber sama sekali, 2% menyatakan bahwa mereka tidak memiliki anggaran khusus untuk kebutuhan perlindungan siber.

Industri yang paling sukses di Asia Pasifik dalam hal distribusi moneter yang tepat untuk keamanan siber adalah jasa keuangan, 100% responden yang bekerja di bidang ini menyatakan bahwa organisasi mereka siap untuk mengimbangi dan tetap terdepan dalam menghadapi semua ancaman terbaru.

Baca juga : Indosat Gandeng Cisco Tingkatkan Kompetensi Talenta Digital dalam Keamanan Siber

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU