Selular.ID – Terlihat bahagia, namun nyatanya kondisi seluler saat ini sedang meringis diujung ruang, karena regulatory charge.
Menurut Merza Fachys, selaku Wakil Ketua Umum ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia) menyampaikan paparan yang sedang dirasakan oleh para pemain operator seluler di Indonesia.
Merza memaparkan bahwa operator sudah tidak lagi bisa dikatakan berjaya seperti beberapa tahun silam. Karena untuk saat ini operator hanya tumbuh sekitar 5% tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan.
“Pendapat operator kini mencekam tidak sebaik di masa kejayaan lalu, saat ini operator hanya tumbuh 5,6% secara average growth, padahal kalau kita lihat bandwidth frekuensi bisa mencapai lebih dari 10%” Jelasnya Merza pada acara Selular Business Forum di Jakarta Selatan.
Salah satu faktornya ialah dari Regulatory charge, Regulatory charge kita saat ini kalau menurut kajian global yang disebut tidak sehat, kenapa demikian? Karena sudah menyerap 12% revenue, kalau mau sehat harus di bawah 10%.
“Regulatory charge tidak hanya frekuensi namun ada hal yang lain, tapi memang yang paling besar yakni dari frekuensi. Sehingga tumbuhnya revenue ini tidak seimbang dengan tumbuhnya regulatory charge yang kita bayar.” Kata Merza.
Lain dari pada itu, ada pertumbuhan yang tidak sesuai juga dari trafik yang begitu tinggi. Karena tidak bisa dipungkiri lagi, saat ini banyak yang menggunakan internet tapi untuk pendapatan di seluler tidak sesuai pemasukan.
“Pertumbuhan trafik juga demikian, kalau dilihat tumbuhnya luar biasa, seperti kita semua ini adalah pembentuk trafik tinggi, tapi apa yang terjadi, Trafik tinggi tumbuhnya rata-rata 80% dari tahun 2013 sampai tahun 2022 jadi tidak menciptakan pertumbuhan pendapatan para operator yang seimbang.”
“Sehingga dengan demikian 5% dibandingkan 80% jadi yang harus dipikul dengan pendapatannya jadi jomplang.” Tambahnya Merza.
Sebagai penutup Merza juga menyatakan bahwa meskipun sudah dilakukan Regulatory charge, dan trafik yang tinggi namun pendapatan seluler tidak menjadi bagus, “Ini yang membuat kondisi seluler saat ini sedang tidak baik-baik saja.” Tutupnya Merza.
Baca juga : ATSI Sebut Kondisi Operator Seluler Indonesia Serupa Nakes Era Pandemi Covid-19