Kamis, 31 Juli 2025
Selular.ID -

Korelasi Antara Jumlah Operator dan Kualitas Sinyal di Indonesia

BACA JUGA

Selular.ID – Menurut pandangan seorang yang kompeten, semakin sedikit operator seluler akan semakin bagus untuk jaringan, padahal di Indonesia operator bisa dibilang tidak banyak hanya 4, ini korelasinya.

Di Indonesia, industri telekomunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam memenuhi kebutuhan akan konektivitas digital.

Dalam beberapa tahun terakhir, kualitas jaringan seluler menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Salah satu teori yang muncul adalah bahwa semakin sedikit operator seluler, maka kualitas jaringan akan semakin bagus.

Artikel ini akan mengulas korelasi antara jumlah operator seluler di Indonesia dengan kualitas jaringan serta pandangan Rudi Purwanto, selaku Anggota ATSI, terkait alokasi frekuensi.

Kalau di lihat, di Indonesia, terdapat empat operator seluler utama yang mendominasi pasar telekomunikasi, yaitu Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, Telkomsel, dan Smartfren.

Meskipun jumlahnya tidak sebanyak di beberapa negara lain, namun masing-masing dari mereka memainkan peran yang signifikan dalam menyediakan layanan komunikasi bagi masyarakat.

Pandangan yang mengemuka adalah bahwa dengan jumlah operator yang lebih sedikit, alokasi frekuensi dapat dilakukan dengan lebih optimal.

Hal ini berpotensi meningkatkan kualitas jaringan secara keseluruhan. Argumen ini didasarkan pada asumsi bahwa dengan lebih sedikit operator, penggunaan frekuensi yang ada akan lebih terarah dan tidak terpecah-belah.

Sebagai Anggota Atsi, Rudi Purwanto berpendapat bahwa mengurangi jumlah operator seluler dapat membawa manfaat signifikan bagi kualitas jaringan di Indonesia.

Dalam pandangannya, alokasi frekuensi yang lebih terkonsentrasi akan memungkinkan operator untuk mengoptimalkan infrastruktur mereka dan memaksimalkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi yang tersedia.

“Kalau jumlah operatornya itu lebih sedikit alokasi frekuensinya itu akan lebih optimal.” Kata Rudi dalam pemaparannya dalam acara Selular Business Forum di Panglima Polim, Jakarta Selatan, Senin (02/10/2023).

Rudi juga menambahkan “Karena masing-masing operator itu memiliki pita frekuensi atau bandwidth yang lebih besar, semakin besar pita frekuensi kemudian diadopsi teknologi itu akan memberikan ekonomi yang lebih besar pula.”

Meskipun jumlah operator seluler di Indonesia tidak sebanyak di negara lain, namun korelasi antara jumlah operator dengan kualitas jaringan merupakan topik yang menarik untuk dipertimbangkan.

Karena Rudi kembali menuturkan, konversi nya ada ada kapasitas yang lebih besar tentu menjadi yang dirasa peruser juga menjadi lebih besar.

Sebagai contoh, Rudi menerangkan “Apa yang dijanjikan oleh 5G misalnya, 5G itu hadir adalah untuk mengimprove 4G yang sama-sama dia berada di mobile broadband. namun ditambahin huruf kecil ‘e’ enhancement, disitulah artinya bahwa yang sebelumnya 10Mbps bisa menjadi 100Mbps peruser.”

“Dan sekarang usernya itu bukan hanya orang tapi siapa saja bisa menjadi user atau bisa juga masuk ke industri. Karena kedepannya industri itu membutuhkan kapasitas speed yang lebih kenceng latensinya juga lebih bagus, jadi disitu korelasinya, dan dapat disimpulkan apabila operator menjadi 3 itu akan jauh lebih baik bagi usernya.” Tutupnya Rudi.

Pandangan Rudi Purwanto sebagai Anggota Atsi memberikan perspektif yang menarik terkait potensi manfaat dari pengurangan jumlah operator.

Namun, penting untuk diingat bahwa terdapat banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas jaringan, termasuk investasi infrastruktur, teknologi yang digunakan, dan peraturan pemerintah terkait telekomunikasi.

Dengan mempertimbangkan semua elemen ini, industri telekomunikasi di Indonesia dapat terus berupaya meningkatkan kualitas jaringan untuk kepentingan masyarakat.

Baca juga : Kekhawatiran ISP Masuknya Starlink ke Indonesia

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU