Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Mastel Sebut Internet 5G di Indonesia Sangat Lambat, Pertanyakan Peran Pemerintah

BACA JUGA

Pemerintah Indonesia sudah siap mendorong pemanfaatan jaringan 5G lebih signifikan.

Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi menyatakan Kominfo melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya spektrum frekuensi radio serta perluasan jaringan 5G di beberapa lokasi di Indonesia.

“Saat ini, kita sudah menyelesaikan program Analog Switch Off (ASO) sehingga spektrum frekuensi 700 Mhz (low band) untuk 5G sudah bersih dan dapat segera lelang,” ujar Budi Arie.

“Demikian juga dengan spektrum 26 GHz (mid band) atau millimeter wave spectrum,” sambungnya.

Menurut Menominfo, Pemerintah akan terus mempercepat implementasi 5G, melalui penyediaan dan pemerataan infrastruktur digital dari hulu hingga hilir.

“Kominfo berupaya agar spektrum frekuensi ini dapat kita lelang atau alokasikan kepada para operator seluler dalam waktu yang tidak terlalu lama, dengan mempertimbangkan kelayakan bisnis,” jelasnya.

Saat ini sudah ada 49 kota di Indonesia yang sudah lengkap layanan komersial 5G.

Bahkan, pengembangan jaringan 5G juga terus Kominfo lakukan di lima destinasi wisata super prioritas, dan beberapa event internasional, seperti KTT ke-43 ASEAN yang baru saja usai.

Semua upaya itu, menurut Menteri Budi Arie dengan tujuan agar masyarakat Indonesia dapat menikmati layanan internet yang lebih cepat.

“Data OpenSignal tahun 2023 menunjukkan kecepatan download internet rata-rata hanya berkisar 15 hingga 22 Mbps,” ujar Budi Arie.

“Dengan adanya teknologi 5G, pengguna dapat merasakan kecepatan yang meningkat 3 sampai 4 kali dari kecepatan 4G saat ini dengan latensi rendah,” sambungnya.

Lebih dari itu, keberadaan jaringan 5G juga dapat untuk mobile broadband, Ultra Reliable & Low Latency dan Massive Machine-Type Communication.

Penyumbang PDB

Mengutip hasil riset ITB, Qualcomm, dan XL (2020), Menkominfo menyatakan teknologi 5G diproyeksikan menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2030 senilai Rp2.802 Triliun.

Namun demikian, Menteri Budi Arie mengakui ada tantangan tersendiri baginya dalam mempersiapkan regulasi.

Misalnya izin spektrum, biaya, dan standar teknis yang mendukung ketersediaan 5G di Indonesia.

“Terkait 5G spectrum assignment, saya juga menyadari bahwa penggelaran jaringan 5G membutuhkan investasi yang cukup besar,” ungkapnya.

“Sehingga kami terbuka untuk menerima masukan tentang insentif supaya para penyelenggara telekomunikasi dapat mendukung model bisnis yang berkelanjutan,” imbuhnya.

Menkominfo Budi Arie Setiadi juga mengingatkan keberadaan website 5gnow.id yang menampilkan beragam use case teknologi 5G di Indonesia seperti, smart manufacture, dan smart cities.

“Diharapkan mendorong pengembangan teknologi digital 5G di Indonesia,” ujarnya.

Dalam acara itu hadir pula Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur Kemenko Polhukam Arif Mustofa, Ketua Umum MASTEL Sarwoto Atmosutarno.

Baca juga: Ericsson dan PIDI 4.0 Demokan Use Case Industri di 5G Innovation Center

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU