Sabtu, 2 Agustus 2025

Sempat Menuai Polemik, Ericsson Memulai Produksi Peralatan 5G di Malaysia

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Ericsson secara resmi memulai produksi peralatan radio 5G dengan mitra di negara bagian Penang, Malaysia, dengan fasilitas vendor pertama di Asia Tenggara yang membuat teknologi selular terbaru.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mencatat sebuah pabrik di Perai, Malaysia utara, akan menghasilkan radio terintegrasi antena 5G Massive MIMO dan bermitra dengan Flex yang berbasis di AS, produsen global yang beroperasi di 30 negara.

Selama peresmian, David Hagerbro, Kepala Ericsson Malaysia, Sri Lanka dan Bangladesh, mencatat bahwa investasinya di Malaysia menandai yang terbaru dalam berbagai inisiatif untuk membawa “pengalaman, keahlian, dan wawasan global kami ke Malaysia dalam mendukung ambisi pemerintah untuk menjadi pemimpin digital”.

David menambahkan Malaysia merupakan pasar yang penting bagi Ericsson, dan manufaktur dalam negeri akan berkontribusi pada ekonomi lokal melalui lapangan kerja dan transfer pengetahuan teknis kepada tenaga kerja lokal.

Vendor pada Juli 2022 mengumumkan rencana untuk membuat peralatan 5G di Malaysia untuk pasar domestik dan regional selama pertemuan dengan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob (saat itu). Sabri sendiri telah lengser dari jabatannya digantikan oleh Anwar Ibrahim pada November 2022.

Baca Juga: Ericsson Paparkan Use Cases 5G pada Seminar Smart City di Solo

Sebelumnya pada Juli 2021, Ericsson terpilih sebagai satu-satunya pemasok peralatan untuk jaringan wholesale 5G Digital Nasional Berhad yang didirikan negara.
Pemerintah pada April 2023 menyetujui jaringan 5G wholesale kedua.

Melalui kesepakatan tersebut, Ericsson akan mengembangkan rencana infrastruktur 5G yang mencakup jaringan inti, akses radio dan transportasi, OSS/BSS dan layanan terkelola, bersama dengan mengatur pembiayaan proyek.

Digital Nasional mengklaim 5G mencakup hampir 50 persen wilayah berpenduduk pada akhir 2022, mencapai 15 juta orang.

Sejatinya keputusan Malaysia menunjuk Ericsson sebagai satu-satunya vendor peralatan 5G terbilang mengejutkan. Ini merupakan perubahan besar dari praktik di sebagian besar negara.

Umumnya setiap operator selular dapat membangun dan menyebarkan infrastrukturnya sendiri dan bebas menunjuk vendor jaringan.

Langkah pemerintah Malaysia yang secara ekslusif menunjuk Ericsson mendapat respon negatif dari lembaga-lembaga internasional. Salah satunya disuarakan oleh GSMA, asosiasi GSM dunia.

GSMA Intelligence memperingatkan langkah pemerintah Malaysia untuk menyebarkan jaringan 5G tunggal menghadapi risiko yang signifikan, mengutip berbagai kegagalan strategi tersebut di era 4G dan potensi untuk membatalkan persaingan tingkat tinggi di pasar selular negara.

Keputusan tersebut jelas menguntungkan Ericsson yang seperti memperoleh durian runtuh. Namun di sisi lain menjadi pukulan besar bagi pemasok peralatan lain, terutama Huawei, yang telah memperoleh daya tarik di Malaysia. Hal itu menandakan perubahan radikal yang ditempuh Malaysia saat dipimpin oleh PM Muhyiddin Yassin.

Sebelum penunjukkan terhadap Ericsson, Huawei berada dalam posisi terdepan pembangunan jaringan 5G di negara itu. Hal itu diperkuat pernyataan PM sebelumnya Mahatir Muhamad.

Menurut Mahatir, Malaysia akan terus menggunakan produk-produk Huawei “sebanyak mungkin,” melawan tren global yang dipicu oleh kekhawatiran keamanan dan larangan AS terhadap perusahaan China.

Namun tampaknya kondisi geopolitik, memaksa pemerintahan Malaysia mengubah arah dan kebijakan. Terlepas dari polemik tersebut, Ericsson mengambil langkah cepat.

Pasca penujukkan, Presiden dan CEO Ericsson Borje Ekholm langsung bekerja sama dengan Badan Digital Nasional pada 5G Experience and Innovation Lab untuk mempercepat adopsi kasus penggunaan 5G.

Hasilnya, vendor jaringan telekomunikasi asal Swedia kini memulai produksi peralatan 5G di negeri itu. Asri Hamidon, Ketua Badan Khusus Digital Nasional yang mengawasi proyek tersebut, dilaporkan merinci tujuan 5G yang akan mencakup populasi hingga 80 persen pada 2024.

Baca Juga: Pertumbuhan 5G Global Naik, Ericsson Dukung Penerapan 5G di Indonesia

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU