Di sisi lain, TikTok bakal membuat electronic commerce atau e-commerce di Indonesia bakal ketar-ketir.
Para e-commerce di Indonesia ketar-ketir lantaran TikTok sedang mengajukan izin layanan pembayaran.
Langkah ini menunjukkan ambisi TikTok melebarkan sayap ke semua sektor bisnis digital setelah merambah industri e-commerce dan streaming musik.
Reuters melaporkan bahwa TikTok sedang dalam “pembicaraan awal” dengan regulator di Indonesia.
Kabar ini muncul setelah CEO TikTok Shou Zi Chew mengumumkan rencana TikTok menanamkan miliaran dolar AS di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Dua sumber Reuters menyatakan bahwa TikTok sedang berdiskusi dengan Bank Indonesia.
Langkah TikTok ini, bahkan menurut para regulator, mereka sebut baik.
Selain sumber dari Reuters, juru bicara TikTok juga telah mengkonfirmasi hal ini.
Menurut juru bicara TikTok, lisensi pembayaran akan membantu kreator dan penjual lokal di platform video pendek tersebut.
Lisensi pembayaran bisa menjadi sumber penghasilan baru untuk TikTok.
Pemilik lisensi pembayaran bisa mengutip biaya dari tiap transaksi di platform milik mereka.
Menurut Reuters, TikTok memiliki 125 juta pengguna per bulan, nyaris setara dengan 150 juta pengguna di Amerika Serikat.
Douyin, kembaran di TikTok di pasar China yang juga milik ByteDance, bahkan telah mengantongi lisensi pembayaran sejak 2020.
Menurut data Momentum Works, sekitar 5 persen dari total transaksi ecommerce di Indonesia yang mencapai US$52 miliar.
Mayoritas transaksi berasal dari fitur penjualan live streaming.
Setelah punya layanan e-commerce bernama TikTok Sop, perusahaan asal China tersebut juga meluncurkan layanan streaming menguji layanan streaming musik di Australia, Meksiko, dan Singapura setelah merilis layanan tersebut di Indonesia dan Brasil.
Baca juga: Pemblokiran Ponsel IMEI Ilegal Bisa Berdampak ke Operator Telekomunikasi
