JAKARTA, SELULAR.ID – Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menurunkan jumlah titik layanan Satelit Republik Indonesia atau Satria-1.
BAKTI menurunkan jumlah titik layanan Satelit Satria-1 dengan tujuan untuk merasionalisasikan jumlah titik layanan dari satelit tersebut.
Jumlah titik layanan yang sebelumnya lebih dari 150 ribu titik kini turun menjadi 50.000 titik layanan.
Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Satria Bakti Kominfo Sri Sanggrama Aradea menuturkan bahwa secara keseluruhan, layanan akses internet yang menjadi usulan mencapai 163.356 lokasi.
Namun setelah itu akhirnya mengalami pengurangan hanya menjadi sebanyak 91 ribu lokasi.
TONTON JUGA:
“Jumlahnya menurun menjadi 91 ribu untuk yang belum tercakup base transceiver station (BTS) 4G, karena sisanya sudah tercover dengan layanan 4G,” ujar Aradea, Senin (31/7/2023).
“Target kami 50 ribu dari 91 ribu tersebut,” sambung Aradea.
Sebagai informasi, Satelit Satria-1 akan Pemerintah Indonesia manfaatkan dalam menyediakan akses internet di sejumlah fasilitas layanan publik di daerah terdepan, tertinggal dan terluar atau 3T.
Layanan fasilitas publik itu yakni sekolah, puskesmas, kantor pemerintah daerah, hingga penjagaan keamanan oleh TNI dan Polri.
Aradea juga menyebut perluasan penetrasi operator seluler juga mendorong pengurangan jumlah daerah 3T dengan dukungan sinyal internet meskipun belum mencukupi.
Hal ini dia sebut sebagai salah satu alasan perubahan terkait dengan landasan titik layanan satelit Satria-1.
Kondisi Terkini Satria-1
Setelah meluncur selama satu bulan, bagaimana kondisi terkini Satelit Republik Indonesia atau Satria 1 saat ini?
Sebelum membahas kondisi terkini Satelit Republik Indonesia atau Satria 1, perlu kita ketahui bahwa satelit ini telah meluncur ke angkasa.
Peluncuruan satelit ini dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat, pada 18 Juni 2023.
Usai meluncur tanggal 18 Juni 2023, kini sudah lebih dari satu bulan, Satria 1 mengorbit di luar angkasa.
Project Manager Satria 1 PT Pasifik Satelit Nusantara, Nia Asmady mengungkapkan, saat ini satelit masih bergerak menuju orbit atau orbit rising dengan sistem propulsi elektrik, salah satu inovasi teknologi satelit terkini.
Baca juga: Terungkap Alasan Satelit Satria-1 Baru Bisa Beroperasi Tahun 2024
“Satelit masih dalam masa orbit rising, dan perkiraannya (sampai, Red) pada November 2023,” kata Nia Asmady, di Jakarta, Senin (31/7/2023).
Nia menyampaikan, setelah sampai di orbit 146 Bujur Timur (BT), nantinya akan Kominfo lakukan uji coba akhir untuk sistem payload (in orbit testing).
Selain itu, juga sistem secara keseluruhan (end to end testing) sebelum memulai masa operasi.
Instalasi komponen ruas bumi seperti RF equipment dan sistem monitoring saat ini masih berjalan.
Sedangkan perencanaan untuk deployment kapasitas masih dalam tahap finalisasi.
Satelit Satria 1 mengorbit dengan bantuan roket peluncur milik SpaceX yang merupakan perusahaan antariksa milik Elon Musk.
Satelit yang pemerintah siapkan sejak 3 Mei 2019 itu meluncur menggunakan roket Falcon 9.
Apabila berhasil mengorbit, nantinya Satria 1 akan memiliki masa guna minimal 15 tahun.
Selain SpaceX, perusahaan internasional lainnya yang terlibat dalam proyek ini, di antaranya Thales Alenia Space (TAS) yang merakit Satria 1.
The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE) dan Kratos juga bertanggung jawab pada operasional 11 stasiun bumi untuk memantau dan mengontrol Satria 1.
Satelit Cadangan
Baca juga: Masih Ada Dua Tersangka Kasus BAKTI Kominfo yang Belum Masuk Persidangan