Selular.ID – Phishing adalah istilah yang sering terdengar belakangan ini. Ini adalah teknik infiltrasi penjahat siber, karena sifatnya yang sederhana dan efektif.
Pada dasarnya, phishing adalah jenis kejahatan di Internet yang berupaya memperoleh kredensial pengguna melalui penipuan. Ini termasuk pencurian kata sandi, nomor kartu kredit, detail rekening bank, dan informasi rahasia lainnya.
Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky menjelaskan “Penjahat siber akan selalu mengikuti tren. Mereka tahu topik terbaru mana saja yang bisa mereka tungggangi secara efektif. Ini adalah teknik rekayasa sosial yang bermain di pikiran manusia, itulah mengapa sulit untuk menolak mengklik tautan tidak dikenal, yang pada akhirnya bisa berubah menjadi bahaya bagi diri kita”
Misalnya saja, pada tahun 2022, topik phishing utama terpantau oleh pakar Kaspersky memanfaatkan skenario seperti dana kompensasi, bonus, dan bahkan pengembalian uang.
Bonus dan dana kompensasi sulit untuk disangkal pada saat krisis dan ketidakstabilan, itulah sebabnya bantuan keuangan sering dimanfaatkan oleh para penipu untuk mengelabui pengguna dan mencuri uang mereka.
Kampanye promosi dari bank-bank besar merupakan umpan yang populer di tahun 2022. Pengunjung halaman web palsu ditawari untuk menerima pembayaran satu kali atau mengikuti survei kualitas layanan dengan mengeluarkan biaya tertentu.
Di negara-negara mayoritas Muslim misalnya, terdapat skenario penipuan seperti pengiriman paket amal, konon di bawah program “Bantuan Ramadhan” yang bertujuan membantu keluarga berpenghasilan rendah selama bulan Ramadhan.
Pada bulan Ramadhan biasanya harga makanan dan produk rumah tangga cenderung mengalami kenaikan.
Tumbuhnya tingkat utilitas dan kenaikan harga sumber daya alam telah mendorong sejumlah pemerintahan untuk mulai membahas kompensasi bagi penduduk. Pemberitahuan pembayaran dapat dipublikasikan melalui surat, email, atau sebagai pesan teks.
Penjahat siber berusaha memanfaatkan situasi tersebut dengan membuat halaman web yang meniru situs web pemerintah, menjanjikan uang tunai untuk menutupi pembayaran utilitas atau biaya kompensasi.
Pengunjung kadang diminta untuk memberikan detail pribadi dengan dalih memeriksa apakah mereka memenuhi syarat, atau untuk mengisi kuesioner.
Di Singapura, penipu menawarkan pengembalian biaya pasokan air, konon dikarenakan tagihan ganda. Krisis energi atau sumber daya tidak digunakan sebagai dalih dalam kasus khusus ini, tetapi pengembalian uang masih ditawarkan atas nama otoritas pasokan air.
Masa krisis menciptakan prasyarat untuk berkembangnya kejahatan, termasuk dunia online. Pakar Kaspersky memperkirakan penipuan yang menjanjikan kompensasi dan pembayaran dari lembaga pemerintah, perusahaan besar, dan bank kemungkinan besar akan tetap populer di kalangan penjahat siber tahun-tahun mendatang.
Ketidakpastian pasar mata uang dan keluarnya masing-masing perusahaan dari pasar negara tertentu kemungkinan besar akan memengaruhi jumlah penipuan yang terkait dengan belanja online.
Pada saat yang sama, topik pandemi yang populer di kalangan penjahat siber pada tahun 2020 dan 2021, tetapi sudah mulai berkurang pada tahun 2022, akhirnya tidak lagi relevan dan akan digantikan oleh isu global yang lebih mencuat.
Selain itu, Kaspersky juga telah melihat peningkatan serangan phishing tertarget di mana penipu tidak langsung beralih ke serangan phishing itu sendiri, tetapi hanya setelah beberapa email pengantar di mana terdapat korespondensi aktif dengan korban.
Tren ini kemungkinan akan berlanjut. Trik baru juga kemungkinan akan muncul di sektor korporasi pada tahun 2023, dengan serangan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi penyerang.
Baca juga : Jangan Asal Klik Apabila Ada Temuan Pop-up Mencurigakan, Bisa Jadi Itu Phishing!