Kamis, 31 Juli 2025

Foxconn Mendunia Namun Gagal Menginvasi Pasar Smartphone Indonesia

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Jakarta, Selular.ID – Tak diragukan lagi, Foxconn Technology Group merupakan salah satu fenomena dalam industri teknologi dunia.

Sebagai perusahaan manufaktur oursourcing, Foxconn telah membantu banyak vendor teknologi dunia yang ingin mengurangi biaya tenaga kerja tanpa mengorbankan kualitas produksi.

Berkat kemitraan yang kuat dengan berbagai perusahaan elektronik dan raksasa teknologi seperti Sony, Apple, dan Microsoft, kinerja Foxconn tetap mencorong.

Tak hanya dari skala bisnis, namun juga pundi-pundi yang terus membesar setiap tahunnya. Padahal ekonomi global tengah melambat pada tahun ini. Imbas tekanan geopolitik, perang Rusia-Ukraina, serta dampak tingginya suku bunga global yang memicu resesi.

Sepanjang 2022, perusahaan yang berkantor pusat di Tucheng, New Taipei City, Taiwan, menghasilkan pendapatan sekitar 216 miliar dolar AS. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2021 yang sebesar 195 miliar dolar AS.

Dengan pendapatan jumbo, grup perusahaan yang juga dikenal dengan nama Hon Hai Precision itu, mampu meraih laba bersih yang bikin geleng-geleng kepala. Mencapai 151 miliar dolar Taiwan, setara dengan sekitar 4,9 miliar dolar AS.

Tak dapat dipungkiri, Apple merupakan mitra yang sangat penting bagi Foxconn. Kinerja Apple yang tetap bagus, meski tiga tahun lalu industri smartphone dihantam pandemi, juga memberikan keuntungan bagi Foxconn.

Untuk diketahui, pendapatan tahunan Apple sepanjang 2022 mencapai $394,328 miliar, meningkat 7,79% dibandingkan 2021.

Sebelumnya pendapatan tahunan Apple sepanjang 2021 adalah $365,817 miliar, melonjak signifikan sebesar 33,26% dibandingkan 2020.

Sebagai mitra utama Apple, jelas Foxconn sangat mengandalkan pertumbuhan dari raksasa teknologi yang berbasis di Cupertino, California itu.

Meski demikian, Foxconn berupaya untuk tidak terlalu bergantung pada Apple. Alhasil, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan yang didirikan oleh taipan Taiwan, Terry Gou itu, giat melakukan diversifikasi usaha.

Kini bisnis Foxconn menyebar ke berbagai bidang. Salah satunya adalah kendaraan listrik. Pada Juni 2021, Foxconn menandatangani MoU dengan perusahaan energi milik Thailand untuk membangun platform pembuatan kendaraan listrik di Thailand.

Dilansir dari Forbes, kolaborasi antara Foxconn dengan PTT, perusahaan milik negara Thailand, adalah untuk menciptakan platform terbuka dalam produksi EV dan komponen utama.

Perpaduan layanan hardware dan software  ini diharapkan dapat membantu pembuat mobil dalam mempercepat produksi dan penjualan EV di Asia Tenggara.

Sebelum ikut meramaikan persaingan mobil listrik, Foxconn menggegerkan dunia usaha saat membeli raksasa elektronik Jepang, Sharp pada Februari 2016 dengan harga fantastis.

Perusahaan yang memproduksi sebagian besar iPhone di dunia itu, sebelumnya menawarkan $5,3 miliar, namun kemudian ditingkatkan menjadi $5,9 miliar.

Baca Juga: Bagaimana Kemitraan Apple dan Foxconn Mengubah Wajah Teknologi Dunia?

Masuk ke Indonesia Mengusung Merek Luna

Seturut keberhasilan mengakusisi Sharp, Foxconn mencanangkan untuk masuk ke bisnis smartphone dengan merek besutan sendiri, yaitu Luna.

Merek ini digadang-gadang akan menjadi sumber pendapatan baru Foxconn. Sehingga Foxconn tak melulu tergantung pada Apple.

Luna ditargetkan dapat menguasai pasar smartphone Asia. Tidak main-main, media terkemuka China dan Taiwan, DigiTimes menyebutkan, Foxconn menargetkan dapat mengapalkan lebih dari 30 juta smartphone Luna setiap tahunnya.

Korea menjadi negara utama bagi pengembangan pasar Luna. Disusul kemudian Indonesia. Dibawanya Luna oleh Foxconn ke Indonesia, menunjukkan bahwa pasar Indonesia sangat menjanjikan.

IDC menyebutkan daya serap ponsel di Indonesia mencapai 50 – 60 juta unit per tahun. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara keempat pasar ponsel terbesar di dunia, setelah China, India, dan AS.

Apalagi, masyarakat kita dikenal paling doyan gonta-ganti ponsel. Umumnya orang Indonesia mengganti ponsel lama dengan yang baru dalam rentang waktu 2-3 tahun.

Berbekal potensi tersebut, Foxconn akhirnya menggandeng mitra lokal, Evercoss Technology Indonesia untuk menggarap pasar domestik.

Hasilnya, pada 7 November 2016, Luna resmi menyapa konsumen Tanah Air. Mengusung tagline ‘Be the Gravity‘, Luna dengan kepercayaan diri yang tinggi, menyasar pasar kelas menengah atas.

Dipilihnya segmen mid to high end bukan tanpa alasan. Sebab, di segmen tersebut, pasarnya terus bertumbuh, termasuk buying power-nya.

Berdasarkan data GFK, ponsel dengan harga Rp 3 jutaan berkontribusi sebesar 41,1% terhadap total market ponsel di Indonesia.

Foxconn menyakini Luna dapat menggoyang pasar smartphone Indonesia yang saat itu mulai dikuasai oleh brand-brand China.

Pasalnya, Luna Smartphone, diklaim memiliki kualitas setara iPhone. Mulai dari bahan, proses finishing maupun quality control-nya, Luna identik iPhone versi Android.

Luna yang ditawarkan dengan harga Rp 5,5 juta, memiliki dimensi yang pas dengan ukuran tangan orang Asia termasuk Indonesia, sehingga begitu nyaman saat digenggam. Dengan bobot hanya 186 gram, Luna menjadi smartphone yang ramping sekaligus ringan.

Baca Juga: Foxconn Telah Memulai Uji Coba Produksi iPhone 15

Tanpa Foxconn Produksi Luna Dilanjutkan Oleh Evercoss

Lima bulan setelah peluncuran perdana, tepatnya 23 April 2017, generasi kedua Luna kembali diperkenalkan ke publik, yakni Luna G. Berbeda dengan generasi pertama, Luna G dibandrol dengan harga yang lebih terjangkau, Rp 2,9 juta.

Setelah kedua varian tersebut, generasi berikutnya adalah Luna X Prime yang diluncurkan pada 26 Juli 2018. Smartphone ini dibandrol seharga Rp 3,9 juta.

Berikutnya adalah Luna Simo yang melenggang di pasar pada 23 Januari 2020. Harganya terbilang ramah di kantong konsumen, hanya Rp 1,3 juta.

Entah mengapa rentang produk Luna menjadi begitu panjang, dari satu generasi ke generasi lainnya memerlukan waktu satu hingga dua tahun. Padahal, line up produk merupakan faktor kunci dalam bersaing.

Beberapa brand bahkan cukup gencar meluncurkan produk baru, dalam rentang satu tahun. Bahkan ada yang menyiapkan 10 – 12 produk di berbagai segmen. Lengkap dengan aktivasi merek, untuk meningkatkan awareness konsumen.

Selain lamanya rentang produk, dari sisi harga Luna juga tidak konsisten. Karena di awal kemunculannya, Luna menyasar segmen menengah. Namun belakangan malah membidik segmen entry level di mana persaingan terbilang paling keras.

Dan yang tak kalah membingungkan, tak ada lagi embel-embel Foxconn sebagai vendor dibalik smartphone Luna. Di sini bisa disimpulkan, Foxconn tak lagi terlibat dalam proses produksi dan pemasaran Luna. Pada akhirnya, Foxconn membiarkan mitra lokalnya, Evercoss berjuang sendirian.

Meski ditinggal Foxconn, Evercoss rupanya tidak patah arang. Terbukti, vendor yang memiliki pabrik di Semarang itu, bersiap meluncurkan produk baru di Indonesia.

Hal itu diketahui dari laman Ditjen Postel Kominfo dan P3DN Kemenperin. Sertifikat dengan nomor 92568/SDPPI/2023 telah diajukan oleh PT Evercoss Technology Indonesia dan terbit pada 7 Agustus 2023.

Di kolom merek dan model, tertulis nomor model “V10” dengan nilai TKDN sebesar 35,30%, dengan nama pemasaran Luna V10.

Walaupun sudah bertengger di laman laman Ditjen Postel Kominfo dan P3DN Kemenperin, kapan persisnya Luna V10 bakal melenggang ke pasar belum diketahui hingga kini.

Baca Juga: Kala Bos Foxconn Ultimatum “Kota iPhone” Agar Kembali Produksi Normal

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU