Kamis, 31 Juli 2025
Selular.ID -

Celoteh Mastel Komentari Jaringan 5G di Indonesia Tertinggal: Mungkin Langsung 6G

BACA JUGA

JAKARTA, SELULAR.ID – Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) berkomentar tentang jaringan 5G yang tertinggal di Indonesia.

Ketua Infrastruktur Nasional Mastel Sigit PW Jarot yang berkomentar jaringan 5G di Indonesia yang tertinggal di acara “Imagine Live 2023 – Unlock the Future of 5G dari Ericsson, Selasa (8/8/2023).

Sigit meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menggelar frekuensi spektrum mid band atau high band untuk 5G secepatnya.

Hal ini mengingat spektrum merupakan nyawa dari 5G.

TONTON JUGA:

Operator seluler membutuhkan spektrum frekuensi sekitar 100 MHz untuk menggelar 5G yang optimal.

Namun saat ini, paling besar operator seluler mengoperasikan 60 MHz dalam satu pita.

Baca juga: Qualcomm dan MASTEL Jalin Kerjasama Untuk Perluas Jaringan 5G

Sigit juga mengatakan dengan hadirnya spektrum, maka use case atau kasus pemanfaatan 5G akan hadir dan menyesuaikan serta menyesuaikan dengan spektrum frekuensi baru yang ada.

“Dalam banyak kajian, yang paling penting adalah spektrum. Nyawanya adalah di spektrum,” ujar Sigit di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Oleh karena itu, kata Sigit, keputusan pemerintah dalam menghadirkan 5G menjadi suatu hal yang krusial.

Keputusan pemerintah dapat berdampak besar pada kesejahteraan atau pun kepuasan konsumen.

Belajar dari kasus 4G, kata Sigit, penambahan spektrum frekuensi 20 MHz saja dapat menarik 2 miliar manusia untuk beralih dari 3G ke 4G dalam 10 tahun.

“Untuk 5G seperti apa kita belum tahu,” ujar Sigit.

Di sisi lain, secara global, adopsi 5G sendiri sudah meningkatkan kecepatan internet 13-20 kali lipat secara global.

Maka dari itu, Sigit menyatakan jika jaringan 5G diadopsi dengan jumlah serta frekuensi yang tepat, dampak yang timbulkan juga akan besar.

“Jadi ini sudah pasti kalau 5G ini diadopsi secara betul, secara tepat dengan cara yang tepat, frekuensinya jumlahnya juga tepat, itu rasanya dampaknya juga besar,” ujar Sigit.

Namun, Sigit tidak menampik jika banyak operator telekomunikasi atau seluler kesulitan dana untuk menggelar jaringan 5G.

Banyak beban yang harus operator seluler tanggung seperti beban biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi yang tinggi.

Untuk itu, Sigit berharap pemerintah khususnya Kominfo memperhatikan hal tersebut sehingga jaringan 5G mampu operator gelar di Indonesia.

“Atau mungkin tidak 5G tetapi langsung 6G. Karena biasanya generasi yang genap yang menguntungkan,” ujarnya.

Baca juga: Ericsson dan Telkomsel Umumkan Kemitraan Baru Perkuat Jaringan 5G

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU