JAKARTA, SELULAR.ID – Program Analog Switch Off (ASO) berdampak pada pendapatan periklanan televisi nasional.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Janoe Arijanto menyebutkan ASO memang berdampak pada pendapatan periklanan televisi.
“Belanja iklan saat ini masih televisi kuasai, bahkan lebih dari 60 persen,” ujar Janoe dalam diskusi Kaleidoskop Digitalisasi Penyiaran: Tren Penyiaran Pasca ASO.
Hingga akhirnya Pemerintah Indonesia mulai menerapkan ASO sejak akhir tahun 2022 lalu hingga bulan Agustus 2023 ini.
TONTON JUGA:
Janoe menjelaskan ada penurunan belanja iklan saat bersamaan pada periode awal ASO.
“Semester pertama 2023 ini terjadi penurunan belanja iklan,” kata Janoe.
“Penurunannya sekitar tujuh persenan dan waktunya ini bersamaan dengan periode awal ASO,” sambungnya.
Baca juga: Kominfo Belum Bisa Lelang Spektrum 700 MHz Bulan Ini Meski ASO Rampung
Meski demikian, Janoe mengatakan penyebab belanja iklan yang menurun tidak hanya karena ASO.
Menurutnya, masih ada sejumlah elemen pendukung lainnya yang membuat belanja iklan menurun.
“Misalnya saja bisnis dunia startup yang terguncang hingga kekhawatiran resesi global di awal tahun 2023,” kata Janoe.
Senada dengan Janoe, Ketua Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia (APPINA), Eka Sugiarto juga menyampaikan hal serupa.
Eka juga menyebut pemirsa televisi kini makin menurun dari tahun ke tahun.
Di sisi lain, penonton layanan digital yang menggunakan internet makin naik dari tahun ke tahun.
“Penonton televisi sebelumnya 250 juta lebih tetapi 200 juta lebih merupakan masyarakat pengguna internet,” ungkapnya.
“Penonton televisi kini makin turun sekitar 76,5 persen dan pengguna internet makin naik 75,4 persen,” jelasnya.
Di sisi lain, Director Client Lead Nielsen, Selly Cahyani Putri dalam paparannya menyebut jumlah pentonton televisi memang menurun.
“Dari yang sebelumnya 124 jutaan di awal tahun 2023 kini setelah ASO menjadi 105 jutaan,” kata Selly.
Baca juga: Kominfo Bakal Merampungkan ASO Bulan Agustus Ini, Selamat Tinggal Siaran Analog