Selular.ID – Sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang baru, Budi Arie Setiadi punya banyak pekerjaan rumah (PR).
Sejumlah undangan yang menghadiri prosesi Serah Terima Jabatan di kantor Kominfo di Jakarta pada Senin siang (17/07/2023), turut menyampaikan harapannya kepada sosok Menteri baru.
Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison Muhammad Buldansyah menyampaikan sejumlah hal yang menjadi PR bersama.
“Kalau dari Indosat, yang paling penting adalah bagaimana penyelesaian masalah-masalah yang masih gantung. Contohnya bagaimana menurunkan regulatory charges, supaya beban terhadap industri tidak semakin berat,” papar Muhammad Buldansyah kepada Selular.ID saat ditemui usai acara Serah Terima Jabatan Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi, di Jakarta, Senin siang (17/07/2023).
Selain itu, pria yang akrab disapa Danny ini juga mengeluhkan soal perizinan dalam penggelaran infrastruktur telekomunikasi.
“PR yang kedua adalah bagaimana masalah perizinan-perizinan penggelaran infrastruktur dan segalam macam. Memang sudah ada kemajuan, tetapi masih banyak yang bisa di-improve,” tutur Danny.
Lebih lanjut Danny juga menyoroti regulasi terkait aplikasi layanan over the top (OTT) seperti Netflix.
“Juga masih menjadi PR adalah bagaimana antisipasi kita terhadap OTT player. Ini juga belum (tuntas),” urai Danny.
Serta, direktur IOH yang juga anggota Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) ini menyampaikan curahan hatinya mengenai kelangkaan talenta digital di dalam negeri.
“PR mengenai digital transformasi yang percepatannya (hingga kini) belum memuaskan. Operator memang bertanggung jawab untuk masalah ini, namun dengan tambahan stimulus dari Kementerian, permasalahan ini akan bergerak lebih mulus lagi. Terutama soal digital talent, itu PR yang penting kita lakukan bersama,” kata Danny.
Skema perhitungan biaya infrastruktur harus diubah
Dari sederet PR di atas, Danny mengutarakan hal yang paling mendesak untuk diatasi dalam waktu yang cukup singkat masa jabatan Menkominfo adalah biaya infrastruktur.
“Tugas operator kan salah satunya menyediakan infrastruktur telekomunikasi. Bagaimana biaya infrastruktur tidak semakin membebani operator sehingga operator bisa menggelar infrastruktur lebih cepat lagi. Ini PR industri, PR kementerian, PR bersama lintas kementerian,” tuturnya.
Danny menggarisbawahi bahwa bukan soal penurunan harga, melainkan skema perhitungan biaya yang harus diubah.
“Bukan kita menginginkan turun dari harga sekarang. Tidak apa-apa naik, tetapi kenaikannnya harus proporsional. Misalnya kalau ada spektrum, jangan dihitung harga per megahertz lagi disamakan dengan yang lalu. Karena value spektrum sudah jauh berkurang. Dulu 5MHz mungkin punya value tinggi, tetapi sekarang 5G kan butuhnya 100Mhz. Kalau biayanya dikalikan dengan harga 5MHz kemarin, itu rasanya tidak masuk ke perhitungan business plan-nya operator. Jadi, skema perhitungannya harus ditinjau ulang supaya lebih efisien. Supaya industri bisa membangun lagi dan bisa memanfaatkannya sebaik mungkin,” curhat Danny kepada Selular.ID.
Pembersihan spektrum untuk menggelar 5G
Yang juga menjadi PR Menkominfo Budi Arie, menurut Danny adalah rencana untuk pembersihan spektrum 5G.
“5G masih terbatas karena ekosistem 5G belum lengkap. Device-nya sudah banyak tapi mayoritas di spektrum yang belum bersih yakni di 3500MHz. Barangkali plan untuk bagaimana membersihkan 3500 itu yang paling penting,” ujar Danny.
Terakhir, Danny turut menyampaikan optimisme Indosat kepada Menteri Kominfo Budi Arie.
“Harapannya, dengan berdiskusi dalam menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah-masalah tadi, kami yakin ini bisa diselesaikan dalam waktu (cepat).. minimal roadmap ke depan sudah siap,” pungkasnya.