Selular.ID – Pesatnya pertumbuhan AI (kecerdasan buatan) menguntungkan sejumlah negara. Salah satunya Korea Selatan yang merupakan raksasa digital di kawasan Asia.
Saat bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Jumat (9/6), CEO OpenAI pembuat ChatGPT Sam Altman, mendesak Korea Selatan untuk memainkan peran utama dalam menciptakan standar AI internasional serta berfokus pada pembuatan chip yang dibutuhkan untuk teknologi tersebut.
Altman, setelah melintasi Eropa bulan lalu bertemu dengan anggota parlemen dan pemimpin nasional untuk membahas prospek dan ancaman AI, telah melakukan perjalanan minggu ini ke sejumlah negara. Seperti Israel, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, India, dan Korea Selatan.
Reuters melaporkan, Altman menyarankan Korea Selatan harus fokus pada chip karena semikonduktor sistem dan chip memori diperlukan untuk AI, mengurangi peraturan perusahaan untuk mendorong proyek AI, serta bekerja untuk menetapkan standar internasional, kata kantor kepresidenan Korea Selatan.
“Orang-orang fokus untuk tidak menghambat inovasi, dan kerangka peraturan apa pun harus memastikan bahwa manfaat teknologi ini sampai ke dunia,” kata Altman sebelumnya ketika dia bertemu dengan sekitar 100 perusahaan rintisan Korea Selatan.
Baca Juga: Berbahayakah Penggunaan Artificial Intelligence (AI) Jika Terus Diadopsi?
Perkembangan pesat dan popularitas AI generatif sejak OpenAI yang didukung Microsoft meluncurkan ChatGPT tahun lalu mendorong anggota parlemen secara global untuk merumuskan undang-undang untuk mengatasi masalah keamanan yang terkait dengan teknologi tersebut.
Uni Eropa sedang bergerak maju dengan rancangan Undang-Undang AI-nya, yang diharapkan menjadi undang-undang tahun ini, sementara Amerika Serikat cenderung mengadaptasi undang-undang yang ada untuk AI daripada membuat undang-undang baru.
“Karena laju perkembangan teknologi begitu cepat, standar internasional untuk mencegah efek samping yang terkait dengan ChatGPT juga harus disiapkan dengan cepat,” kata Yoon kepada Altman, kata kantor kepresidenan.
Korea Selatan memiliki peraturan AI baru yang menunggu persetujuan parlemen penuh. Analis yang berbasis di Seoul mengatakan aturan itu dipandang tidak seketat UE.
Pada Februari, komite parlemen mengeluarkan rancangan undang-undang AI yang menjamin kebebasan untuk merilis produk dan layanan AI, dan hanya akan membatasinya jika regulator menganggap produk apa pun membahayakan nyawa, keselamatan, dan hak orang.
Korea Selatan adalah salah satu dari sedikit negara yang telah mengembangkan model landasannya sendiri untuk kecerdasan buatan di bidang yang didominasi oleh Amerika Serikat dan China, berkat perusahaan teknologi lokal seperti Naver, Kakao, dan LG.
Perusahaan sedang mencari cara untuk memanfaatkan ceruk atau pasar khusus yang belum ditangani oleh teknologi besar di Amerika Serikat atau China.
“Agar perusahaan Korea memiliki kekuatan dalam ekosistem AI global, setiap perusahaan harus terlebih dahulu mengamankan teknologi khusus untuk AI vertikal,” atau AI yang dirancang dan dioptimalkan untuk penggunaan khusus, kata kepala Riset AI LG Kyunghoon Bae.
Naver mengatakan sangat ingin mengembangkan aplikasi AI lokal untuk negara-negara dengan kepekaan politik di Timur Tengah serta untuk negara dan wilayah yang tidak berbahasa Inggris, seperti Jepang dan Asia Tenggara.
Baca Juga: Bantuan Artificial Intelligence Tingkatkan Inklusi Perbankan di Indonesia