Selular.ID – Potensi pelanggan pada layanan broadband tetap (fixed broadband) masih terbuka lebar, sehingga persaingan kian sengit, dan membuat perang tarif harga antar penyedia jasa internet di Indonesia.
Kondisi tersebut membuat ekosistem bisnis fixed broadband terganggu. Berdasarkan data terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), cakupan layanan fixed broadband di Indonesia masih di bawah 30%, dari total pengguna internet di Indonesia.
Sehingga menurut Zulfadly Syam, Sekretaris Jenderal APJII potensinya masih besar karena penetrasinya masih di bawah 30%.
“Di survei terbaru kami, banyak anggota APJII meyakini tingkat penetrasi internet masih potensial untuk ditingkatkan. Apalagi perkembangan teknologi juga semakin pesat,” kata Zulfadly dalam acara Bukber Nasional 2023 yang digelar APJII, di Jakarta, (30/3/2023).
Melihat itu APJII mengusulkan agar pemerintah menetapkan tarif batas atas dan bawah internet Indonesia. Hal itu untuk meredakan perang harga internet.
Usulan penetapan tarif batas atas dan bawah internet Indonesia muncul berdasarkan hasil survei APJII terkait Internet Service Provider (ISP) yang menjadi anggotanya.
Zulfadly menyebutkan, usulan tersebut akan disampaikan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Dengan harapan bisa jadi perhatian pemerintah untuk menetapkan tarif internet yang ideal, tak hanya bagi konsumen tapi juga keberlanjutan industri.
Baca Juga:APJII Gelar DTI-CX Bulan Juli, Ada FGD hingga Workshop
“APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis fixed broadband yang sehat, sehingga kami mengusulkan untuk menentukan batas atas dan batas akhir harga Internet Indonesia,” ujar Zulfadly.
Zulfadly tak menampik perang tarif ini menguntungkan konsumen, karena harga internet yang murah, tetapi dari sisi kualitas itu sangat terasa.
“Yang diuntungkan konsumen, kita lihat bagaimana ISP memberikan kualitasnya. Bisa tidak meningkatkan kualitas dengan perang harga sedemikian dahsyatnya. Perang harga range setahun masih oke, kalau bulanan tiap bulan berganti semacam anekdot, bahwa turun adalah hujan dan bandwidth,”ujarnya.
Untuk diketahui, Kominfo dalam kesempatan baru-baru ini menyebut tarif internet di Indonesia paling murah di Asia Tenggara.
Dari 12 negara di Asia Tenggara, tarif internet Indonesia menduduki posisi paling buncit.Nilai rata-rata tarif internet di Indonesia yakni Rp 6.028 per 1 gigabyte (GB) dan Vietnam yang menduduki posisi ke-11 nilainya Rp 7.030 per 1 GB.
Adapun tarif internet 10 negara lainnya di Asia Tenggara harganya sudah lebih dari Rp 11.000 per 1 GB.
Tarif internet paling mahal yakni Brunei Darussalam yakni Rp32.014 per 1 GB. Murahnya tarif internet di Indonesia ini membuat kecepatan jaringan internet jadi lambat.
Baca Juga:Gandeng APJII, Area31 Data Center Ingin Berikan Value ke ISP
Kominfo menyebut kecepatan internet di Indonesia rangking 110 di dunia dengan kecepatan sekitar 21 Mbps, di bawah Kamboja dan Myanmar.