Categories: Digital Financial

Ada Kripto Kategori Blue Chip Serupa Saham, Kenali Ciri-cirinya

Share
Kredibilitas dan Tingkat Adopsi

Sebuah aset kripto dapat masuk kategori blue chip ketika mendapat dukungan dari banyak lembaga dan institusi yang memiliki reputasi baik.

Sehingga aset kripto tersebut menjadi kredibel dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Selain itu, tingkat adopsi menjadi salah satu penentu sebuah aset kripto blue chip dalam merambah pasar yang ingin mereka jangkau.

Hal ini bermaksud ketika perkembangan serta kecepatan sebuah inovasi teknologi dapat publik peroleh dan pergunakan secara mudah dan merata.

Tingkat ini dapat terwakili oleh jumlah anggota masyarakat yang mulai menggunakan teknologi atau inovasi baru selama periode waktu tertentu.

Tingkat adopsi berguna untuk melihat seberapa banyak teknologi tersebut dapat publik terapkan, kembangkan dan implementasikan.

Nilai Kapitalisasi Pasar dan Likuiditas

Nilai kapitalisasi pasar yang tinggi tentu menjadi faktor penting penentu aset kripto blue chip.

Walaupun tidak ada nilai pasti yang menjadi indikator, sebuah aset kripto dapat menjadi blue chip jika nilai kapitalisasi pasarnya sangat besar daripada lainnya.

Likuiditas juga menjadi salah satu indikator yang dapat mempertimbangkan aset kripto masuk kategori blue chip.

Hal ini karena semakin tinggi likuiditas sebuah aset kripto maka semakin mudah pula kegiatan transaksi perdagangan jual dan beli aset tersebut di pasar.

Untuk melihat nilai kapitalisasi pasar dan likuiditas sebuah aset kripto, investor dapat memantaunya secara berkala di CoinMarketCap.

Volatilitas

Secara umum, aset kripto memang suatu aset yang bergerak secara fluktuatif daripada beberapa instrumen investasi lainnya.

Namun, ada beberapa aset kripto yang memiliki volatilitas yang lebih rendah sehingga harganya jauh lebih stabil dari aset kripto lainnya.

Kecuali stablecoin yang memang nilai nya di-peg atau di patok dengan nilai mata uang asli seperti dolar Amerika Serikat (AS).

“Keempat indikator tersebut dapat digunakan secara bersamaan untuk menentukan apakah aset kripto tersebut termasuk sebagai blue chip atau tidak,” kata Panji.

Saat ini ada dua Aset Kripto blue chip yang dapat menjadi bahan pertimbangan investor dalam melakukan investasi.

Bitcoin (BTC)

Bitcoin merupakan pelopor aset kripto di dunia dan menjadi yang pertama dalam menerapkan konsep blockchain yang terdesentralisasi.

Dalam perjalanannya sejak hadir di 2009, Bitcoin sudah mengalami fluktuasi harga yang signifikan.

Hingga saat ini, Bitcoin telah diadopsi di berbagai perusahaan, lembaga, dan institusi besar ternama dunia.

Bahkan sudah menjadi mata uang digital yang resmi di beberapa negara seperti El Salvador, Panama, dan Uruguay.

“Bitcoin masih terbilang baru daripada jenis aset lainnya dan saat ini masih terus dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan.”

“Meskipun begitu, Bitcoin tetap mendapatkan kepercayaan publik karena memiliki whitepaper dengan tujuan yang jelas,” kata Panji.

Ethereum (ETH)

Sejak peluncurannya di 2015, Ethereum menduduki posisi kedua dari segi nilai kapitalisasi pasar.

Ethereum juga memiliki project dengan teknologi terbaru dengan tingkat penggunaan yang lebih luas dari Bitcoin sehingga patut menjadi aset kripto blue chip.

Emiten yang menjadi induk para altcoin memiliki sekitar 70% altcoin di pangsa pasar aset kripto yang menggunakan jaringan Ethereum.

“Ethereum terus melakukan upgrade untuk menciptakan teknologi yang lebih canggih.”

“Seperti project The Merge, dengan mengubah sistem kerjanya dari Proof of Work (PoW) menjadi Proof of Stake (PoS) membuat blockchain Ethereum diharapkan akan menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan terukur,” kata Panji.

Baca juga: Nasib Saham E-commerce Indonesia di Awal Tahun 2023, Bakal Cuan?

Page: 1 2

Tags: Ajaib bitcoin blue chip Crypto Ethereum Kripto saham
Suharno