Sejak 2018, Huawei memperkenalkan strategi yang melibatkan matriks produk mulai dari PC, speaker, jam tangan, yang saling terhubung hingga mobilitas pintar dan sistem hiburan, dan di pusat strateginya adalah smartphone. Sayangnya strategi tersebut kini mendapat hambatan karena bisnis smartphone tak lagi moncer.
Bisnis Smartphone Huawei Terjun Bebas Gegara Sanksi AS
Tumbuhnya bisnis laptop, setidaknya menjadi penawar duka bagi Huawei di tengah anjloknya penjualan smartphone. Berbagai lembaga survey, mulai dari Canalys, IDC, Counterpoint hingga Omdia, kompak mencatat pada kuartal kedua 2021, Huawei telah terlempar dari posisi lima besar. Itu merupakan kali pertama Huawei tidak masuk dalam posisi elit sepanjang tujuh tahun terakhir.
Vendor yang berbasis di Shenzhen telah tertatih-tatih akibat sanksi AS yang diberlakukan sejak 2019. Ini adalah pembalikan mencolok untuk merek yang sempat menduduki posisi puncak menggeser Samsung pada kuartal kedua 2020 sebagai vendor smartphone terbesar di dunia.
Dalam laporannya, Omdia menyebutkan bahwa “era Huawei sebagai influencer smartphone utama telah berakhir”. Vendor yang memiliki logo seperti bunga merah menyala itu, mencatat penurunan tajam hingga 74,6% dalam pengiriman menjadi hanya 9,8 juta, menempatkan perusahaan pada peringkat kedelapan.
Amblasnya kinerja Huawei terhitung sangat cepat. Pasalnya, pada 2018 Huawei masih menempati peringkat kedua dan berambisi menjadi pemain nomor satu dunia menggusur Samsung yang telah menjadi market leader sejak 2012. Raksasa telekomunikasi yang didirikan pada 1987 itu, sangat optimis dapat merengkuh posisi nomor satu pada 2020. Sayangnya, momentum pasar yang telah tercipta seketika rontok karena sanksi yang dijatuhkan AS.
Alih-alih mampu mengkudeta Samsung, Huawei kini berada pada mode “bertahan hidup”. Padahal, sepanjang 2018 perusahaan mampu membukukan 208 juta pengiriman, menyumbang 48% dari total pendapatan perusahaan. Bisnis smartphone terbukti mampu memberikan kontribusi lebih dari bisnis Huawei, selain sebagai penyedia jaringan telekomunikasi dan enterprise untuk pertama kalinya.
Meski kini tengah babak belur, Huawei menyatakan tak akan keluar dari bisnis smartphone yang sempat melambungkan perusahaan ke jajaran elit vendor teknologi dunia, bersaing dengan Apple dan Samsung. Hal itu ditegaskan langsung oleh pendiri dan CEO Ren Zhengfei dalam sesi diskusi dengan media-media internasional pada Februari 2021.
Selain menepis rumor yang beredar, Zhengfei juga mengungkapkan harapannya untuk berbisnis kembali dengan perusahaan-perusahaan Amerika untuk komponen dan peralatan telekomunikasi, serta kemungkinan perubahan haluan dalam hubungan China – AS.
Tak dapat dipungkiri, (untuk sementara ini) smartphone bukan lagi tambang uang utama bagi Huawei. Namun dengan berkembangnya bisnis laptop, Huawei telah merintis jalan baru yang juga prospektif.