Jakarta, Selular.ID – Pekan lalu Huawei menggelar acara peluncuran jajaran produk dan solusi 5G terbaru di London. Pada kesempatan itu, perusahaan mengumumkan digelarnya 5G Partner Innovation Program, bekerja sama dengan mitra-mitra di seluruh dunia dalam mengembangkan beragam proyek 5G bagi beragam domain industri, seperti di kampus-kampus, di bidang kesehatan, maupun pendidikan.
Huawei akan menggelontorkan investasi senilai US$20 juta bagi aplikasi-aplikasi 5G inovatif dalam jangka lima tahun ke depan. Kerja sama ini diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya ekosistem 5G, serta mempercepat suksesnya komersialisasi 5G di seluruh dunia.
Ryan Ding, pejabat Executive Director of the Board, sekaligus President Carrier BG di Huawei, menyampaikan perkembangan 5G saat ini telah mencapai babak baru yang melampaui ekspektasi semua kalangan, terutama terkait dengan dengan kian massifnya penggelaran, pertumbuhan ekosistem yang pesat, hingga dihadirkannya pengalaman-pengalaman baru yang luar biasa di ranah 5G.
Peran jaringan kini menjadi begitu esensial sebagai fondasi bagi setiap bisnis 5G. Hingga saat ini, Ryan Ding mengklaim Huawei berhasil mencatatkan 91 kontrak 5G komersial.
Huawei juga telah mengapalkan lebih dari 600.000 antena 5G Massive MIMO Active Antenna Units (AAUs). Sebagai perusahaan penyedia 5G terkemuka global, Huawei berkomitmen dalam mengembangkan solusi end-to-end 5G terbaik, dari BTS 5G dengan performa terunggul di industri yang mampu mendukung seluruh skenario 5G, hingga produk Blade AAU yang punya kapabilitas integrasi paling mumpuni.
Blade AAU
Blade AAU mampu menjangkau seluruh pita frekuensi sub-6 GHz dan mendukung teknologi jaringan 2G, 3G, 4G, hingga 5G. Dengan Blade AAU terbaru, keterbatasan tempat untuk pemasangan antena bukan lagi menjadi masalah.
Selain itu, biaya total kepemilikan (TCO) bisa dipangkas hingga lebih dari 30 persen dibandingkan dengan solusi-solusi lain yang ada di pasaran saat ini. Tidak berhenti di situ saja, Huawei juga sukses menjadi vendor pertama di industri yang mampu menghadirkan modul 5G untuk aplikasi-aplikasi vertikal di industri.
AR dan VR
Teknologi 4G memungkinkan manusia dalam berbagi video maupun terhubung melalui sambungan suara. Namun kini, 5G hadir dengan menghadirkan bandwidth ultra tinggi, sehingga mendukung disajikannya pengalaman AR dan VR yang begitu nyata dan menghanyutkan. Menyalurkan setiap yang ada di pikiran dan perasaan manusia. Pengalaman ini tentu akan membawa nilai baru yang luar biasa bagi umat manusia.
Makin matangnya teknologi 5G enhanced mobile broadband (eMBB) serta tingginya layanan video HD telah mendorong pesatnya pertumbuhan layanan 5G untuk B2C. Di sisi lain, Huawei juga melihat adanya ceruk potensi yang besar di layanan 5G untuk B2B.
Monetisasi 5G
Ryan Ding menekankan, bahwa di era 4G lalu, seluruh operator secara virtual menyuguhkan pengalaman jaringan yang tak jauh berbeda antara satu dengan yang lain.
Di era 5G, hal ini tentu tidak demikian. Saat ini, operator telah mampu menghadirkan pengalaman terdiferensiasikan bagi tiap-tiap pelanggan.
Perhitungan biaya kepada pelanggan juga lebih didasarkan pada ukuran meteran, seperti volume data yang terpakai, besaran latensi, pita lebar, hingga jumlah perangkat yang terkoneksikan. Ini tentu mendukung operator dalam monetisasi teknologi 5G secara lebih optimal.
Perlu perombakan ulang strategi dengan memperhitungkan apa yang sesungguhnya hendak mereka capai dengan membangun model-model bisnis 5G yang baru tersebut.