Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Di Balik Manuver India, Tingkatkan Pengawasan Terhadap Google

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Jakarta, Selular.ID – Komisi anti monopoli India tengah menyelidiki tuduhan bahwa induk usaha Google, Alphabet Inc telah menyalahgunakan sistem operasi mobile yang sangat popular, Android, untuk memblokir para pesaingnya. Sejumlah sumber dengan pengetahuan langsung mengenai masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.

Kantor berita itu melaporkan bahwa, Komisi Persaingan India (CCI) selama enam bulan terakhir telah mengkaji kasus serupa dengan yang dihadapi Google di Eropa yang menyebabkan denda senilai 4,34 miliar euro ($ 5 miliar) oleh regulator anti monopoli Uni Eropa tahun lalu.

Komisi Eropa mendapati bahwa Google telah menyalahgunakan dominasi pasarnya sejak 2011 dengan praktik-praktik seperti memaksa produsen untuk melakukan pra-instal Google Search dan browser Chrome-nya, bersama-sama dengan Google Play store app pada perangkat Android.

“Kasus ini serupa dengan Uni Eropa, namun penyelidikan yang dilakukan oleh CCI baru pada tahap awal,” kata salah satu sumber, yang mengetahui penyelidikan CCI.

Google menolak berkomentar terhadap proses penyelidikan yang tengah berlangsung. CCI sendiri tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan Reuters. Namun permintaan pengawasan atas tuduhan terhadap Google terkait dengan platform Android, belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Eksekutif Google dalam beberapa bulan terakhir telah bertemu dengan pejabat anti monopoli India setidaknya sekali untuk membahas keluhan, yang diajukan oleh sekelompok orang, salah satu sumber mengatakan.

Badan pengawas India dapat meminta unit investigasinya untuk menyelidiki lebih lanjut tuduhan terhadap Google, atau tidak menindaklanjuti pengaduan jika dinilai tidak layak. Seperti halnya di negara lain, investigasi pengawas secara historis membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya.

Sebagai OS terpopuler, Android, digunakan oleh pembuat perangkat secara gratis. Tak tanggung-tanggung, fitur ini terdapat pada sekitar 85% populasi smartphone dunia.

Di India sendiri, menurut perkiraan Counterpoint Research, sekitar 98% ponsel pintar yang dijual pada 2018 menggunakan platform Android.

Pada Oktober 2018, Google mengatakan akan membebankan biaya kepada pembuat ponsel pintar untuk menggunakan toko aplikasi Google Play yang populer dan juga memungkinkan mereka untuk menggunakan versi saingan Android untuk mematuhi pesanan UE.

Namun, perubahan tersebut hanya mencakup Wilayah Ekonomi Eropa, yang terdiri dari 28 negara Uni Eropa dan Islandia, Liechtenstein dan Norwegia.

“CCI akan mengalami kesulitan untuk tidak memulai penyelidikan formal ke Google mengingat kasus UE, kecuali mereka dapat menunjukkan bahwa masalahnya telah diatasi (dengan perbaikan),” salah satu sumber mengatakan.

Penyelidikan yang dilakukan CCI India menambah panjang deretan peraturan yang berpotensi mempersempit gerak raksasa mesin pencari itu.

Jika kelak terbukti, perusahaan yang berbasis di Mountain View, California itu,  akan mengalami jalan terjal mengingat India adalah pasar smartphone terbesar kedua di dunia setelah China.

Ini bukan kali pertama Google berurusan dengan CCI. Tahun lalu, pengawas antimonopoli India mengenakan denda 1,36 miliar rupee (US$ 19 juta) pada Google dengan alasan “bias pencarian” dan penyalahgunaan posisi dominan.

Dalam kasus itu, CCI  menemukan Google telah menempatkan fungsi pencarian penerbangan komersial di posisi yang menonjol pada halaman hasil pencarian.

Google mengajukan banding atas keputusan itu. Perusahaan, mengatakan bahwa denda senilai US$ 19 juta dapat menyebabkan kerugian “tidak dapat diperbaiki” dan kehilangan reputasi.

Dengan meningkatnya status pengawasan CCI terhadap Google, otoritas di India terlihat memainkan peran yang lebih luas dari sekedar pasar.

Menurut laporan IDC, pasar smartphone di India terus melonjak dengan pertumbuhan dua digit. Tahun lalu tak kurang 142,3 juta unit smartphone terserap di negeri Sharukh Khan itu. Terkerek hingga 14,5% dibanding tahun sebelumnya, sebesar 124,3 juta unit.

Meledaknya penjualan smartphone di India, berbanding terbalik dengan China yang terus menurun sepanjang dua tahun terakhir. Tahun lalu, total penjualan ponsel cerdas di pasar terbesar di dunia itu hanya berjumlah 396 juta unit.

Jauh menurun sebanyak 14% dari 2017. Itu adalah pencapaian terendah sejak 2013, menurut laporan perusahaan riset Canalys.

Populasi yang besar dan permintaan yang terus melonjak setiap tahunnya, membuat India memiliki daya tawar tinggi. India pada akhirnya bisa memaksa vendor untuk terlibat langsung. Salah satunya lewat pembangunan pabrik.

Pada akhir tahun lalu, Samsung memutuskan untuk membangun pabrik ponsel terbesar di dunia yang berlokasi di pinggiran New Delhi. Raksasa Korea itu rela menutup salah satu pabriknya di China karena pasar yang terus menciut di gerus oleh brand-brand lokal, seperti Huawei, Oppo dan Vivo.

Selain Samsung, pemerintah India juga sukses memaksa Apple membangun pabrik yang berlokasi di Bengaluru pada 2017. Ini adalah pabrik ketiga Apple di luar negeri, setelah China dan Brazil.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU