Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Waspada, Bahaya Mengintai Pemilik Mata Uang Virtual

BACA JUGA

bitcoin naikJakarta, Selular.ID – Beberapa waktu lalu, Pemerintah Indonesia mengumumkan larangan keras penggunaan mata uang virtual (cryptocurrency) seperti bitcoin sebagai alat transaksi dan pembayaran di Indonesia.

Mata uang tersebut dinilai berisiko tinggi karena tidak memiliki regulator atau administrator yang bertanggung jawab atas pergerakan mata uang serta underlying asset yang menjadi dasar penilaian.

Selain itu, Pemerintah juga mewaspadai mata uang virtual ini dimanfaatkan sebagai instrumen pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Menurut Sylvia Ng, General Manager, SEA, Kaspersky Lab, dalam keterangan resminya menuturkan, mata uang virtual seperti Bitcoin juga memiliki kerentanan yang patut untuk diwaspadai.

Para ahli Kaspersky Lab mengamati begitu banyaknya serangan malware terhadap mata uang virtual ini, seperti malware yang menambang Bitcoin dengan menggunakan botnet ataupun trojan yang bisa meretas Bitcoin wallet dan mencuri Bitcoin dari tempat penyimpanan ini.

Ada juga malware botnet yang memiliki kemampuan untuk menyusup di komputer korban dan menggunakan prosesor komputer korbannya untuk dijadikan penambang Bitcoin yang produktif.

Tidak berhenti disitu, serangan terhadap bursa mata uang virtual juga terus terjadi. Ini terlihat dari aksi serangan terhadap BitFloor, pada waktu itu merupakan salah satu bursa mata uang virtual terbesar di Amerika Serikat, yang terpaksa menghentikan operasinya pada tahun 2012 setelah para penyerang berhasil menyusup ke server dan mencuri mata uang virtual senilai US$ 250.000.

Dan tentunya masih segar di ingatan kita serangan yang baru-baru ini terjadi terhadap Coincheck, salah satu bursa mata uang virtual terkemuka di Jepang, mendeteksi kalau ada Para penyerang berhasil mencuri mata uang virtual sebesar 53 miliar yen atau US$ 530 juta. Hal ini menjadi penanda bahwa masih lemahnya sistem keamanan dan pembentukan regulasi pada mata uang virtual.

“Dengan semakin meningkatnya nilai Bitcoin, kami yakin bahwa sampel malware Bitcoin akan terus meningkat dari hari ke hari dan merupakan hal yang lazim jika kami nantinya menemukan Trojan yang didistribusikan melalui pesan,” ungkap Sylvia Ng

Selain itu, tren lain yang juga mengkhawatirkan dan perlu diwaspadai menurut Sylvia Ng adalah aktivitas penjahat siber yang sekarang ini tidak sekedar menggunakan malware, tetapi menawarkan layanan dan produk ilegal di deep web.

Sylvia Ng menambahkan, untuk mengamankan mata uang virtual ini dari aksi serangan para penjahat siber, Kaspersky Lab merekomendasikan langkah-langkah berikut ini

-jangan menyimpan semua mata uang virtual di bank online atau layanan bursa mata uang virtual. Tempat seperti ini merupakan sebuah institusi baru yang dijalankan oleh entitas anonim, jadi tidak ada jaminan bisa mendapatkan uang kembali jika dirampok.

-Gunakan layanan offline bitcoin wallet seperti Electrum atau Armory yang memungkinkan menyimpan mata uang dalam brankas terenkripsi dengan kuat pada hard drive milik sendiri.

-Gunakan juga password yang kuat untuk memberikan perlindungan ganda.Akan lebih baik lagi apabila kata sandi yang Anda buat dibuat dengan perangkat lunak open-source penghasil kata kunci.

-Demi keamanan penuh, simpan offline wallet ini di hard drive terpisah atau komputer yang tidak terhubung ke Internet, dan hanya mentransfer mata uang virtual ke perangkat yang tersambung ke Internet saat Anda perlu menyelesaikan transaksi online.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU