Jakarta, Selular.ID – Tak berlebihan jika kita menyebut Oppo sebagai bintang penjualan smartphone di Indonesia. Kinerja apik brand asal China itu dalam tiga tahun terakhir sungguh mencengangkan. Market share Oppo terus melonjak, sehingga sulit untuk di kejar para pesaing di bawahnya.
Bahkan meski masih berada di posisi runner up, Oppo semakin memepet Samsung, sang penguasa pasar. Menurut laporan IDC, selisih di antara keduanya sangat tipis, yakni hanya 4,5%.
IDC mengungkapkan, sepanjang kuartal ketiga 2017, penguasaan pasar lima posisi teratas adalah Samsung (30,09%), Oppo (25,5%), Advan (8,3%), Vivo (7,5%), dan Xiaomi (6,2%), sisanya sebanyak 22,5% dibagi merek-merek lainnya.
Pencapaian tersebut terbilang mengejutkan. Pasalnya, gap Oppo dengan Samsung pada kuartal sebelumnya masih terbilang cukup lebar.
Mengacu pada kuartal ketiga 2016, Samsung menguasai sekitar 32,2% pangsa pasar smartphone di Indonesia, disusul Oppo (16,7%), Asus (8,2%), Advan (6%), Lenovo (5,7%), selebihnya dikerubuti belasan merek lainnya.
Jika kita melongok dua tahun sebelumnya, yakni kuartal keempat 2015, posisi Oppo bahkan belum masuk dalam lima besar. Secara berturut-turut periode itu diduduki oleh Samsung dengan raihan 24,8%. Disusul Asus (15,9%), Smartfren Andromax (10,8%), Advan (9,6%), dan Lenovo (6,5%).
Apa yang menyebabkan Oppo begitu cepat melaju sehingga bisa memperpendek jarak dengan Samsung? Padahal kompetisi antar vendor handset terbilang ketat. Bahkan pemain baru terus saja bermunculan di tahun ini. Sebut saja Gionee dan Philips.
Di sisi lain, harga yang di bandrol Oppo juga rata-rata terbilang tidak murah untuk kantung konsumen di Indonesia. Oppo bermain di rentang Rp 2,3 – 5 jutaan.
Kita ketahui, sejak kehadirannya di Indonesia, Oppo konsisten dengan model pemasaran yang agresif. Nyaris semua channel promosi mereka manfaatkan. Konvensional maupun modern, termasuk new media yang semakin happening.
Dari billboards, flyer, TV, media online dan media sosial, bahkan menyewa brand ambassador. Dengan semua channel tersebut, entah sudah berapa dana yang Oppo gelontorkan dalam tiga tahun terakhir.
Strategi marketing tersebut, sejalan dengan langkah membangun jaringan retail yang menjangkau pasar di seluruh Indonesia. Lengkap dengan pemanfaatan ribuan promoter, yang membuat pesaing mau tak mau harus membangun standar yang sama, seperti yang dibangun Oppo.
Oppo juga konsisten mengganjar toko dengan margin keuntungan yang tinggi. Tak tanggung-tanggung, besarnya mencapai Rp 500 ribu – Rp 800.000. Tentu saja itu adalah insentif yang luar biasa bagi toko, karena selama ini paling tinggi keuntungan toko dari menjual satu unit ponsel, tak lebih dari Rp 25.000.
Dari sisi produk, Oppo sesungguhnya tidak memiliki banyak line up yang dijajakan kepada konsumen di Indonesia. Rata-rata setiap tahunnya Oppo hanya menyiapkan lima hingga enam produk. Layaknya iPhone yang hanya menjual beberapa seri saja setiap tahunnya, Oppo lebih banyak mengeksplorasi fitur dan kecanggihan produk yang mereka usung.
Strategi produk yang simple ini punya dua keunggulan. Pertama, tidak membingungkan konsumen. Kedua, perusahaan lebih fokus dengan sumber daya yang dimiliki.
Alih-alih menyiapkan banyak produk, Oppo lebih suka meniru gaya pemasaran produk mobil atau motor. Setelah varian pertama dilepaskan ke pasar, varian selanjutnya menyusul dengan perubahan kemasan, penambahan fitur, atau kapasitas di sana-sini.
Model face lift seperti ini terkadang membuat konsumen semakin kesengsem, karena menimbulkan emotional yang kuat. Utamanya berkat trik menggunakan jasa brand ambassador. Sehingga menimbulkan ekslusifitas.
Tengok saja varian Oppo F1s versi Raisa yang laris manis pada 2016. Meski harus berebut karena stok terbatas, konsumen dengan bangga membawa Oppo F2 versi Raisa lengkap dengan grapir nama dan tanda tangan penyanyi muda yang tengah naik daun itu.
Begitu pun dengan varian Oppo F3 edisi Reza Rahardian dan F3 FC Barcelona Limited Edition. Saat ditawarkan, keduanya ludes dalam hitungan jam.
Selain F3, tahun ini, Oppo hanya menyiapkan produk flagship F5. Produk itu punya turunan, seperti F5 Youth. Disesuaikan dengan segmen pasar yang dibidik, yakni kalangan milenial.
Menurut Aryo Meidianto, PR Manager Oppo Indonesia, baik F3 maupun F5 mencatat penjualan yang menggembirakan. Oppo mencatat pemesanan F3 di awal Mei 2017 sebanyak 35.000. Sementara saat diluncurkan pada November 2017, penjualan F5 sudah mencapai 48.000 unit.
Sejak diluncurkan pada November lalu, F5 menjadi maskot penjualan. Terutama varian F5 6GB hadir dalam balutan warna spesial merah dan warna hitam elegan. Varian ini per 28 November 2017, harus dihentikan pre-ordernya, mengingat jumlah pemesanan yang lebih banyak dari unit yang sediakan.
Meski telah berhasil menarik animo konsumen di Indonesia dalam tempo yang terbilang singkat, bagaimana pun juga, Oppo masih belajar pola konsumsi pasar Indonesia.
“Bagaimana perilaku konsumen, kebiasaannya seperti apa, bagaimana respon terhadap special edition, apakah mereka lebih suka warna hitam, emas, merah, atau yang regular, dan lain-lain”, ujar Aryo merendah.
Namun berbekal kesuksesan yang diraih sepanjang 2017, bukan tidak mungkin, pada tahun depan Oppo sudah menjadi nomor satu di Indonesia. Menggusur Samsung yang sudah bercokol lima tahun sebagai market leader.