Jakarta, Selular.ID – Grup Axiata yang berbasis di Malaysia melaporkan kinerja keuangan yang solid untuk Q3, dengan pertumbuhan pendapatan dua digit yang didorong oleh pemulihan unit bisnis terbesarnya, XL Axiata. Operator terbesar ketiga di Indonesia itu, sukses mengumpulkan pundi-pundi dari layanan data, yang mencakup hampir setengah dari total pendapatan layanan.
Laba bersih perusahaan naik 7,9 persen year-on-year menjadi MYR319 juta ($ 77,4 juta), didukung keuntungan forex selama periode tersebut, dibandingkan dengan kerugian dari ringgit Malaysia yang lemah pada Q3 2016.
Kinerja yang kuat XL Axiata pada Q3 2017, tercermin dari peningkatan hingga 13,6 pendapatan konsolidasi sebesar MYR6.2 miliar. Pertumbuhan layanan pendapatan data terbilang eksponensial, karena menyumbang 46,8 persen dari pendapatan layanan dibandingkan dengan 35,5 persen di Q3 2016.
Jamaludin Ibrahim, Presiden dan CEO Axiata Group, mengatakan bahwa pihaknya ini mencapai beberapa tonggak penting untuk mencatat pertumbuhan dua digit yang kuat pada semua indikator keuangan utama yang didorong dengan perbaikan kuartal-ke-kuartal. Demikian juga, di unit layanan mobile lainnya yang tetap bertahan dengan pertumbuhan yang kuat.
Dia mengatakan bahwa program pengoptimalan biaya kelompok secara keseluruhan melampaui tujuan dalam sembilan bulan pertama 2017, sehingga mampu memberikan penghematan sebesar MYR960 juta. Sebanyak MYR160 juta di atas target.
Kenaikan laba datang meskipun saham dari asosiasi dan joint venture jatuh lebih dari 100 persen dengan kerugian rekor MYR142 juta di Q3-2017. Penurunan ini akibat kerugian di Idea Cellular di India sebesar MYR156 juta pada kuartal terakhir dibandingkan dengan hilangnya MYR200.000 pada Q3 2016, karena pasar selular India terus mendapat dampak negatif dari persaingan harga yang agresif dari pemain terbaru, yakni Reliance Jio.
Anak usaha lain, yakni Celcom Malaysia mengalami pemulihan yang lambat. Operator ini hanya memberikan peningkatan year-on-year 1,5 persen pendapatan untuk MYR1.67 miliar. Omset data tumbuh 25,4 persen dan menyumbang 44 persen dari pendapatan layanan, naik dari 36 persen tahun lalu.
Sementara ARPU campuran naik 12 persen menjadi MYR46, basis pelanggannya turun 1,5 juta dari Q3 2016 menjadi 9,67 juta pada akhir September.
Berbeda dengan Celcom yang nyaris stagnan dan Idea Cellular yang terpuruk, pendapatan anak perusahaan di Indonesia, XL Axiata tumbuh 18,4 persen menjadi MYR1.9 miliar karena kinerja yang solid dari pendapatan data, naik 71,4 persen dari Q3 2016. Pendapatan data tersebut diwakili 59 persen dari omset layanan di Q3 2017, naik dari 40 persen di kuartal 2016.
XlL berhasil meraih 7,5 juta pelanggan baru sepanjang Q3 2016, dengan total mencapai 52,5 juta. ARPU campuran naik 2,9 persen tahun ke tahun menjadi Rp 35.000 ($ 2,59).
Di Bangladesh, pendapatan Robi-Airtel Q3 meningkat 28,4 persen menjadi BDT 17,5 miliar (USD208 juta) karena diuntungkan dari basis pelanggan yang lebih besar setelah merger dengan Airtel dan kinerja yang lebih baik di segmen data, yang mencatat pertumbuhan tahun 83,3 persen pada kuartal ketiga 2017.
Sedangkan Dialog di Sri Lanka melaporkan kenaikan pendapatan sebesar 11 persen ke LKR24,2 miliar (USD157 juta) yang didorong oleh pertumbuhan pendapatan data sebesar 39,2 persen. Data menyumbang 20 persen dari pendapatan jasa dibandingkan dengan 14 persen pada Q3 2016.
Ncell di Nepal mencatat penurunan pendapatan sebesar 1,9 persen pada Q3 menjadi NPR14.6 miliar (USD141 juta), namun dalam perputaran Ringgit Malaysia naik 8,7 persen. Operator meluncurkan layanan 4G di 19 kota.
“Dengan pencapaian tersebut, kami optimis pada kinerja kuartal keempat 2017. Terutama karena lonjakan aktivitas kompetitif di Indonesia dan Kamboja baru-baru ini, dan tetap memperhatikan pasar India.” ujar Jamaludin.