Jakarta, Selular.ID – Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Ericsson CFO Carl Mellander tidak menghindar dari apa yang dia gambarkan sebagai “Q3 yang sulit”, setelah perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar SEK4.3 miliar (USD526,6 juta) di kuartal tersebut.
Tercatat, pendapatan keseluruhan turun 6 persen, dari SEK51.1 miliar pada Q3 2016 menjadi SEK47.8 miliar pada kuartal terakhir, dengan penjualan jaringan turun 4 persen.
Rugi bersih Ericsson pada Q3 2017 jauh lebih tinggi daripada kerugian SEK200 juta yang tercatat pada periode yang sama 2016. Pendapatan operasional juga tergelincir ke dalam angka merah, yakni SEK4.8 miliar pada kuartal terakhir dibandingkan dengan keuntungan SEK300 juta di Q3 2016.
Dengan kinerja yang masih terus tertekan, vendor infrastruktur jaringan berbasis di Swedia itu, mau tak mau harus menggencarkan program restrukturisasi perusahaa, dalam upaya untuk menghidupkan kembali kejayaannya.
Ericsson kini menempatkan fokus membangun 5G, sebagai langkah strategis perusahaan bersaing dengan vendor China yang makin menggurita. Namun, hal itu dibarengi dengan biaya restrukturisasi sebesar SEK2.8 miliar selama kuartal tersebut, termasuk biaya SEK1.6 miliar terkait keputusan untuk menutup pusat ICT di Kanada.
Dengan kondisi pasar yang belum banyak berubah, Mellander memperingatkan bahwa biaya restrukturisasi akan berlanjut di kuartal keempat, termasuk pemangkasan lanjutan terhadap 3000 karyawan. Pihaknya pun siap mengalokasikan antara SEK3 miliar dan SEK4 miliar.
Di saat Ericsson mencatat kinerja yang kurang menggembirakan, duet vendor jaringan China, Huawei dan ZTE justru makin berotot. Kedua pesaingnya itu meraih pendapatan dan laba yang signifikan.
ZTE melaporkan pertumbuhan laba dan pendapatan yang kuat untuk paruh pertama 2017, dengan kenaikan dua digit di jaringan selular dan bisnis smartphone.
Tercatat laba bersih di semester pertama 2017 melonjak 29,8 persen year-on-year (YoY) menjadi CNY2.29 miliar ($ 343 juta), dengan pendapatan konsolidasi tumbuh 13,1 persen menjadi CNY54 miliar.
Begitu pun dengan saudara tuannya, Huawei. Vendor dengan logo bunga merah menyala ini membukukan penjualan CNY283.1 miliar selama semester pertama 2017, naik 15 persen dari tahun ke tahun menyusul apa yang perusahaan katakan sebagai “pertumbuhan yang solid” di tiga divisi utamanya, yang mencakup bisnis carrier, enterprise dan consumer.
Khusus untuk ZTE, dengan kinerja yang semakin bagus, vendor berbasis di Shenzen itu, memperkirakan laba bersih untuk sembilan bulan pertama 2017 akan mencapai CNY3.9 miliar (USD586 juta).
Jika akurat, angka laba itu akan menjadi 36,6 persen lebih tinggi dibandingkan Q3-2016. Dalam laporan keuangan awal, ZTE juga mengatakan bahwa mereka memperkirakan pendapatan untuk periode 2017 telah tumbuh 7 persen dari tahun ke tahun sampai CNY76.58 miliar. Laba operasi diperkirakan melonjak 455 persen menjadi CNY5.29 miliar.