Jakarta, Selular.ID – Netizen menggaungkan hastag #deleteuber di media sosial. Tidak hanya di luar negeri, netizen di Tanah Air turut pula berpartisipasi.
Tagar #deleteuber sendiri bermula, ketika aliansi sopir taksi New York menolak untuk mengangkut penumpang dari bandara internasional John F Kennedy (JFK) pada pukul 16.00 – 17.00 waktu setempat. Aksi tersebut dibarengi unjuk rasa menentang kebijakan diskriminasi Trump di dalam bandara.
Presiden Amerika Serikat yang baru, Donald Trump, akhirnya mewujudkan salah satu kebijakan kontrovesial, yaitu melarang atau mem-banned 7 negara mayoritas muslim, untuk masuk ke Amerika.
Bukannya mendukung aksi protes, Uber memutuskan untuk tetap beroperasi. Bahkan mereka tidak mengaktifkan tarif ‘petir’ padahal saat itu permintaan sedang tinggi. Uber malah memberlakukan tarif normal.
Akibat kebijakan tersebut, Banyak orang pun langsung bereaksi. Mereka mulai menghapus aplikasi Uber dan memposting screenshotnya di Facebook dan Twitter dengan hastag #deleteuber. Kebijakan ini diumumkan lewat akun Twitter mereka. Seketika hal ini menjadi viral dan hastag tersebut sempat tranding topic dunia.
Seakan tidak mau berlarut, dilaporkan Business Insider, perwakilan uber akhirnya minta maaf atas kebingungan pada postingan di Twitter. Mereka tidak bermaksud menentang unjuk rasa.
“Kami hanya ingin orang tahu bahwa mereka bisa menggunakan Uber dari dan ke bandara JFK dengan harga normal,” kata perwakilan Uber.
Sementara itu pasca #deleteuber menggema, dilansir laman The Verge, CEO Uber Travis Kalanick, bertutur, telah menyediakan sebesar 3 juta Dolar, untuk dana bantuan hukum kepada para driver, yang terkena efek dari peraturan banned tersebut.
“Di Uber, kami selalu percaya berdiri untuk apa yang benar. Hari ini kami membutuhkan bantuan Anda untuk mendukung driver yang mungkin terkena dampak larangan imigrasi yang tidak adil oleh pemerintah,” tulis Travis di akun facebook pribadinya, seperti dilansir The Verge.
Ia mengulangi janjinya untuk para pengemudinya yang terjebak di luar negeri karena adanya larangan imigrasi dan tak bisa kembali ke AS. Kalanick akan mengerahkan pengacara dan ahli imigrasi untuk memberi bantuan hukum 24/7. Serta berjanji juga untuk memberi bantuan keuangan.
“Uber akan mendesak pemerintah untuk mengembalikan hak perjalanan bagi warga Amerika Serikat – apa pun negara asal mereka – sesegera mungkin,” bebernya.
Walau sudah meluruskan, namun kejadian tagar #deleteuber makin menambah kritikan bagi Uber. Sebelumnya mereka pun dikritik lantaran CEO Uber Travis Kalanick masuk dalam badan penasihat bidang ekonomi Gedung Putih. Kalanick tidak sendiri, ada pula CEO Tesla Elon Musk di dalamnya.