Jakarta, Selular.ID – Keputusan sebuah operator dalam menggelar kampanye perihal tarif murah yang berbuntut polemik memang cukup disayangkan.
Meski apa yang dilakukan Indosat Ooredoo dalam mempromosikan tarif murah merupakan suatu yang lumrah. Namun, ketika hal itu dilakukan dengan menyudutkan pihak lain, bagian ini yang dinilai banyak pihak tidak etis dan kurang elegan.
Terlepas dari polemik yang kini sedang mencuat ada pandangan menarik yang dilontarkan oleh Johnny Swandy Sjam, mantan Direktur Utama Indosat. Menurutnya daripada bersaing di tarif lebih baik memberikan layanan terbaik bagi pelanggan. Selain itu, dia juga berharap antara para pelaku usaha telekomunikasi untuk damai-damai saja, seraya menegaskan kembali agar para operator berlomba memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya untuk kemajuan industri selular itu sendiri.
“Kalau kompetisi di tarif nanti lama-lama operatornya rugi, ngga bisa membangun lagi. Akhirnya yang rugi pelanggan juga,” tandasnya.
Apa yang dipaparkan Johnny memang cukup beralasan. Pasalnya, sebagai sosok yang pernah menjabat Direktur Utama Indosat pada tahun 2007 hingga 2009, dia pun pernah merasakan era di mana perang tarif memuncak. Sedikit kilas balik ke belakang, dalam sebuah wawancara, Johnny mengungkap bahwa perang tarif pada eranya terjadi sebagai antisipasi bakal masuknya pemain-pemain global, di sisi lain para operator CDMA juga melebarkan sayap. Lantaran pemainnya yang semakin tambah banyak itulah, menurut Johnny akhirnya ‘the real price war’ terjadi di tahun 2006, 2007, dan 2008.