
Jakarta, Selular.ID – Seperti diprediksi oleh lembaga riset Frost & Sullivan, pada tahun 2016 akan terjadi konsolidasi di antara pemain di industri e-commerce. Hal itu pun terbukti ketika Alibaba mengumumkan mengambil alih sebagian besar saham Lazada. Ini reaksi Bukalapak sebagai pemain e-commerce lokal.
Seperti yang kita ketahui, Alibaba merupakan raksasa e-commerce di negara raksasa Tiongkok. Sementara Lazada, sudah menapaki bisnis jual beli online di enam negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Alibaba pun “mencaplok” Lazada demi ekspansi bisnisnya ke wilayah Asia Tenggara.
Menanggapi hal tersebut, sejumlah pelaku e-commerce nasional ternyata merasa bersemangat. Seperti contohnya yang diutarakan Achmad Zaky kepada Selular.ID (14/4/2016). Sebagai CEO & Founder Bukalapak menyatakan bahwa kehadiran pemain asing yang meramaikan kompetisi nasional, akan memperkuat Bukalapak.
Menurut Zaky, kehadiran pemain luar di industri e-commerce Indonesia bukan hal baru. Situasi e-commerce yang kondusif di Indonesia-lah yang mendorong para pemain luar tersebut terus berdatangan untuk bisa mengambil keuntungan dari Indonesia melalui industri e-commerce.
“Selama perkembangan 6 tahun ke belakang sejak kami lahir, Bukalapak mampu menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Di tahun ini saja kami sudah memiliki pelapak yang sudah tergabung di Bukalapak sebanyak lebih dari 700 ribu UKM. Justru hal ini membuktikan bahwa Bukalapak sudah menjadi pasar online terbesar di Indonesia dan mampu bersaing dengan pemain-pemain luar tadi.
Zaky menekankan bahwa Bukalapak tumbuh baik bukan dari kekuatan modal. Bukalapak tumbuh baik murni bersama semangat kuat dari para pelapak di seluruh Indonesia dan masyarakat Indonesia.
“Bukalapak sebagai e-commerce asli Indonesia tetap optimis untuk berkompetisi dengan para pemain luar tersebut. Dan kami yakin dengan adanya kompetisi ini-lah Bukalapak akan jadi semakin kuat dan tumbuh bersama seluruh pelapak untuk turut memperkuat ekonomi bangsa kita,” pungkasnya. (edk)