Jakarta, Selular.ID – Indonesia menjadi negara nomer dua yang paling banyak mendapatkan serangan siber oleh negara lain. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat sebelumnya negara kita hanya menempti peringkat keempat. Meski demikian, pembentukan Badan Siber Nasional (BSN) seperti yang sudah didengungkan sebelumnya ternyata masih belum jelas kapan terlaksana.
Dalam Simposium Nasional Cyber Security yang digelar di hotel Borobudur Jakarta (3/6/2015), Tedjo Edhy Purdjianto, Menkopolhukam RI menyampaikan bahwa hal ini sudah menjadi perhatian Joko Widodo, Presiden RI. “Sebelum acara ini pak Presiden sudah menanyakan kapan draft keppres mengenai ini sampai di saya,” ungkapnya.
Namun demikian Tjahjo belum dapat memastikan kapan BSN akan terbentuk. Menurutnya setelah simposium ini diharapkan dapat segera disusun draftnya. “Tidak ada tenggat waktu yang ditenukan, mudah-mudahan segera setelah simposium ini,” tegasnya.
Rencananya BSN ini akan berada langsung di bawah Presiden dan memiliki kewenangan intelijen. Namun demikian Tedjo menegaskan pembentukan BSN ini akan tetap berlandaskan nilai-nilai demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hal pribadi warga negara.
Pembentukan BSN ini merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam melindungi bagsa dan negara sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. “Pembentukan DSN menjadi urgent untuk menjawa kewajiban konstitusional pemerintah,” jelasnya.
Sebagai informasi, serangan siber (cyber warfare) pernah terjadi di beberapa negara seperti serangan stuxnet yang melumpuhkan pembangkit nuklir Bushehr dengan worm tahun 2010. Operasi Aurora tahun 2009, para hacker menyerang perusahaan besar termasuk Google dan Adobe System serta berhasil mencuri properti intelektual dari perusahaan-perusahaan tersebut. Ada juga serangan terhadap pusat komando AS tahun 2008, serta kasus Georgia tahun 200x dan kasus Estonia tahun 2007.