
Jakarta, Selular.ID – Layanan media sosial dan chatting yang begitu digandrungi pemakai internet seperti Line, Google, Twitter, Facebook dan lainnya merupakan jenis-jenis layanan Over The Top (OTT) yang disebut-sebut sebagai “penghisap” layanan data dari operator telekomunikasi.
Layanan OTT dianggap merugikan operator karena mereka tidak membangun jaringan di dalam negeri, tetapi justru memanfaatkan jaringan operator untuk meraup penghasilan sebanyak-banyaknya.
Menanggapi masalah tersebut, BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) sudah menyerukan agar segera diwujudkan skema revenue sharing antara OTT dan operator sejak dua tahun lalu. Namun sayangnya belum bisa terealisasi sampai saat ini. Setelah beberapa tahun mandek, apakah wacana yang digaungkan (kembali) BRTI itu akan kembali menjadi sekadar wacana di 2015?
Salah satu pemain OTT terkemuka yang menggelar layanan di Indonesia adalah LINE. Penyedia layanan social messaging ini semakin populer karena pemasarannya yang agresif. Sayangnya, terkait rencana akan dibuatnya skema profit sharing antara pemain OTT dan operator, pihak LINE masih belum bisa berkomentar banyak. Galuh Chandrakirana, Team Leader of Marketing LINE Indonesia, mengungkapkan bahwa perusahaannya belum bisa memberikan tanggapan dan konfirmasi terkait skema kerja sama ini.
“Saat ini kami belum pernah dihubungi pihak-pihak terkait manapun mengenai hal ini secara resmi. Namun demikian, kami akan mengikuti sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku untuk memberikan pengalaman-pengalaman berkomunikasi dan hiburan terbaik bagi para pengguna kami di Indonesia,” ujar Galuh saat dihubungi Selular.ID (06/01/2015).
Belum semua pemain OTT memberi konfirmasi apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti rencana profit sharing tersebut. Namun dari sini terlihat perlu adanya kejelasan dan ketegasan dari pihak regulasi. (bda)