Pewawancara mengatakan kepada Mr. Gao kalau perusahaannya tidak mempekerjakan seseorang yang memiliki iPhone. Ketika Gao bertanya kenapa, ia mendapat ‘siraman rohani’ mengenai kebiasaan sosial pengguna iPhone. Menurut “curhatan” Gao yang tertuang di internet, pewawancara itu berkata, “Siswa yang memiliki iPhone tidak bekerja. Segala yang dibutuhkan dibelikan oleh orangtua. Anda tidak membeli apapun dengan uang hasil jerih payah sendiri. Anda kaya dan tidak boleh stress. Bekerja di perusahaan kami harus tangguh. Lowongan ini diperuntukkan bagi seseorang yang bisa menanggung rasa sakit dan penderitaan.”
Mr. Gao menuju social media dan blog untuk menceritakan pengalaman yang tidak menyenangka itu, dan akhirnya kasus ini pun mencuat ke media setempat. iPhone yang digunakan memang pemberian orangtuanya. Tapi Gao menambahkan kalau itu hanya sebuah handphone, dan “Tidak berniat memamerkan kekayaan saya di sini.”
Meski banyak perusahaan yang mengomentari hal ini dengan mengatakan bashwa mereka mempekerjakan staf berdasarkan kemampuan, bukan kepemilikan smartphone. Namun istilah “kaisar kecil” dan sebutan lain kepada pemilik iPhone, menggambarkan bagaimana sosok generasi lajang Cina, yang sangat berlimpah di media. Mereka disebutkan terlalu dimanjakan, kurang disiplin, dan tidak memiliki keterampilan beradaptasi, sangat melekat pada image lajang Cina.
Stigma “kaisar kecil” pada pemilik iPhone mungkin akan kian menjamur seiring iPhone 5 akan memulai pre-sale-nya di negara tirai bambu tersebut akhir pekan ini. (Khoirunnisa)