14 November 2013 14:30
Sebuah laporan terbaru yang dipersembahkan oleh The Associated Press (AP) mengungkap tentang bagaimana penyedia berita dapat menarik pemirsa online di pasar Asia. Laporan yang berjudul “Tinggal Landas: Era baru berita video di Asia” didasari oleh survei yang dilakukan pada 4.500 responden dari populasi online yang berasal dari Indonesia, Cina dan Jepang, menunjukkan bahwa saluran-saluran berita nasional dan internasional dapat meningkatkan daya-ingat pelanggannya dengan memenuhi permintaan berita video yang semakin meningkat.
Laporan yang disusun oleh Deloitte, sebuah perusahaan konsultan bisnis, dan penelitian lapangan yang dilakukan oleh peneliti pasar terkemuka GfK, atas permintaan dari kantor berita AP, menemukan bahwa di Asia telah berkembang selera berita yang unik di antara pengguna Internet dibandingkan dengan pasar media barat. Sebagai contoh, 98 persen responden di Asia menggunakan portal atau mesin pencari secara teratur dalam mencari berita. Laporan ini menunjukkan bahwa adopsi cepat masyarakat Asia terhadap konten digital dapat memberikan petunjuk bagi pasar media yang lebih mapan dan berkembang tentang cara untuk membedakan dari para pesaing dan merangkul pemirsanya.
“Laporan kami mengambil penelitian di tiga pasar yang sangat berbeda untuk memahami bagaimana saluran berita online bisa tampil menonjol di Asia,” kata Maria Ronson, vice president of sales for Asia di AP. “Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun tidak ada ‘sebuah-strategi-yang-dapat-mencakup-semua’ bagi pendekatan para penyedia berita online di Asia, namun, ada permintaan yang sangat besar terhadap konten yang menarik.”
Ia menambahkan: “Dengan pemirsa yang memiliki kemauan untuk bereksperimen dengan berbagai sumber, terutama pada piranti-piranti terbaru, berita video menawarkan cara yang penting untuk dapat membedakan diri dari para pesaing serta membangun loyalitas.”
Temuan-temuan utama dalam penelitian tersebut, diantaranya:
· Permintaan konten melalui piranti bergerak. Di pasar negara berkembang Asia, banyak konsumen yang beralih ke dunia online untuk pertama kalinya melalui ponsel atau tablet dibandingkan lewat komputer personal. Dengan penetrasi tablet yang meningkat pesat di seluruh dunia, para pengguna mungkin mengharapkan ragam kekayaan konten tersulam pada piranti layar-lebar mereka. Dari kelompok yang kami survei di Indonesia, yang mewakili konsumen online perkotaan yang lebih makmur, 51 persen menggunakan ponsel pintar dan 24 persen menggunakan tablet untuk mengakses berita. Pengguna tablet di Jepang cenderung menonton berita video secara online daripada pemilik piranti lain, dan hampir dua kali lipat lebih sering mengakses video setiap harinya atau hampir setiap hari, dibandingkan dengan pemilik ponsel pintar.
Di Cina, penelitian ini menemukan 75 persen dari responden menyatakan bahwa mereka pernah mengakses berita dari perangkat ponsel atau ponsel pintarnya. Hampir sepertiga dari populasi Cina memiliki ponsel pintar dan 16 persen dari survei yang berbasis di Cina membuka aplikasi apps untuk mengetahui tentang berita terkini. Delapan belas persen dari konsumen di Cina menggunakan tablet dan tiga perempatnya menggunakan piranti mereka untuk menonton berita video setidaknya dua hingga tiga kali dalam seminggu.
· Dampak dari berita video. Di kebanyakan negara-negara Asia video begitu penting untuk menonjolkan diri di tengah ramainya pasar online. 93 persen pengguna video berita online yang disurvei di Asia menyatakan bahwa video begitu penting bagi situs berita atau aplikasi agar terlihat lebih menarik, dengan 96 persen responden Indonesia menegaskan bahwa video dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai sebuah berita. Penelitian ini juga mengungkap apa yang menjadi penghambat bagi para pemirsa dalam menonton konten video online. Di Indonesia, 41 persen mempertimbangkan tidak menonton konten video karena koneksi internet yang lamban. Jadi manakala koneksi internet membaik, penyedia konten harus siap untuk memenuhi permintaan laten ini. Sementara di Cina dan Jepang, diantara mereka yang tidak menyaksikan video online, rata-rata sebanyak 39 persen mengatakan bahwa video dengan topik yang menarik bagi mereka tidak cukup banyak tersedia, dibandingkan dengan 19 persen di Indonesia.
· Menganalisa kompetisi online. Penelitian menemukan bahwa para penyedia berita menghadapi tantangan untuk membedakan konten dalam pasar online yang memiliki persaingan tinggi serta mudah diakses. 78 persen responden dari survei kami menyatakan bahwa mereka sering atau selalu menggunakan lebih dari satu sumber untuk suatu berita. Rata-rata, konsumen berita online di Cina dan Indonesia akan menggunakan empat hingga lima situs web untuk suatu berita yang menarik perhatian mereka. Sebaliknya, rata-rata konsumen di Inggris hanya menggunakan dua situs saja untuk berita sehari-hari. Keinginan untuk memverifikasi berita dengan menggunakan beberapa sumber berita adalah yang terbanyak di kalangan kelompok sosial-ekonomi yang lebih tinggi, hal mana menunjukkan bahwa seiring meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatan, saluran berita harus bekerja lebih keras untuk menonjolkan diri dan mempertahankan loyalitas pelanggan.
· Berita terkini di jejaring sosial. Di Asia, media sosial telah menjadi sumber utama dari berita terkini bagi populasi online. Di antara negara-negara yang disurvei, tren paling kuat berada di Indonesia, dimana 18 persen responden terlihat berbagi, berdiskusi dan memverifikasi berita diantara rekan-rekan mereka. Di seluruh wilayah, 9 persen konsumen di Asia menemukan berita melalui media sosial, dibanding 4 persen di Eropa, ini menujukkan bahwa saat ini masyarakat secara naluriah melebur jejaring sosial ke dalam konsumsi konten online mereka, termasuk berita. Hal ini didorong oleh sebuah pandangan di antara banyak konsumen Asia bahwa situs-situs media sosial memiliki informasi yang lebih mutakhir, akurat, dan menunjukkan berita mana yang lebih penting bagi masyarakat.
“Penelitian ini menggarisbawahi sebuah area kesempatan yang menarik bagi para penyedia berita. Dengan adanya pertumbuhan jaringan broadband bergerak dan ketersediaan ponsel murah di Asia, hal ini berarti puluhan juta konsumen kini dapat menemukan serta mengakses pengalaman online yang beragam,” kata Matthew Guest, media director di Deloitte. “Temuan kami sangat mendukung bahwa video online akan memainkan peran vital dalam menciptakan pengalaman berita yang menarik bagi konsumen di negara-negara yang mengalami kombinasi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan perkembangan pesat dalam infrastruktur komunikasi.” CR
Sumber : www.gfk.com