19 February 2014 17:30
Baterai litihum ion yang sering digunakan sebagai sumber energi ponsel dan gadget lainnya, ternyata sangat rentan terbakar. Sudah banyak kasus terkait kecelakaan hingga kematian pengguna yang disebabkan karena ledakan baterai smartphone, baik yang sedang digunakan maupun tidak.
Pemicu ledakan baterai Li-ion karena dua faktor, yakni karena baterai bertekanan dan elektrolit yang membawa muatan teramat mudah terbakar. Perlu diketahui, baterai litium dan benda logam lainnya rentan meleleh jika saling bersentuhan. Berkat solusi dari peneliti di University of North Carolina di Chapel Hill, sepertinya kesensitifan komponen di baterai bisa diredam. Mereka mengklaim telah mengembangkan baterai lithium ion pertama yang paling aman. Metodenya dengan mengganti pelarut organik yang mudah terbakar yang electrolye dengan pelumas industri yang dikenal sebagai perfluoropolyether (PFPE).
PFPE biasanya digunakan dalam aplikasi maritim untuk mencegah sealife menempel pada bagian bawah kapal besar. Joseph DeSimone, pemimpin penelitian tersebut mengatakan bahwa mengganti pelarut organik dengan polimer perfluoropolyether fluoride (PFPE) tidak akan mencegah reaksi normal, tetapi akan mengurangi risiko mudah terbakar turun ke hampir nol persen. Tak hanya itu, kemungkinan masa hidup baterai pun mampu bertahan lebih lama. PFPE juga telah digunakan sebagai pelumas untuk mesin besar dan gigi.
“Elektrolit ini benar-benar tidak hanya mudah terbakar, tetapi juga melakukan transferensi tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan polarisasi elektrokimia rendah, sehingga ini indikasi baterai akan bertahan lebih lama,” papar DeSimone.
Pengembangan masih terus berlanjut untuk mengetahui apakah desain tersebut dapat digunakan untuk pengisian dan pemakaian yang konsisten seperti perangkat konsumen lainnya. Namun di balik itu, peneliti juga harus menemukan cara untuk memproduksi massal baterai baru ini untuk diedarkan secara komersil. (Choi)
Sumber : http://unc.edu/