Senin, 4 Agustus 2025
Selular.ID -

Accenture: Orang Indonesia Paling Haus Gadget dan Aplikasi

BACA JUGA

8 October 2014 10:25
Jakarta – Pada tahun ini, firma riset Accenture melakukan survei mengenai konsumsi digital yang diadakan di 23 negara dengan melibatkan sebanyak 23 ribu responsen, 1.000 di antaranya berasal dari Indonesia. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa konsumen Indonesia selalu menginginkan produk yang baru dan inovatif. Riset juga menunjukkan bahwa 41% masyarakat Indonesia ingin menjadi yang pertama untuk memiliki suatu perangkat atau mencoba produk dan layanan terbaru sedangkan 35% lainnya menunggu hingga menjadi tren.
Accenture mengungkapkan bahwa 55% konsumen Indonesia menyatakan akan menyisihkan pengeluaran mereka untuk membeli gadget dalam waktu 12 bulan kedepan. Setidaknya ada sekitar 81% yang berencana untuk membeli smartphone dan 61% ingin beralih ke ponsel yang lebih besar di tahun berikutnya. Angka ini terbilang cukup tinggi karena di negara berkembang lainnya hanya sekitar 70%, China 74% dan India 80% yang berencana untuk membeli smartphone dalam 12 bulan kedepan.
Masyarakat Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk gaya hidup yang serba digital, hasil riset menunjukkan 90% responden memiliki laptop dan 82% memiliki smartphone. Dengan tingginya inovasi dari para vendor mendorong konsumen untuk memakai lebih dari satu perangkat (rata-rata memiliki 5 perangkat digital). “Konsumen ingin perangkat yang terbaru dan paling inovatif. Mereka tidak hanya berencana untuk mengejar ketinggalan teknologi dan mengganti produk yang ada, namun kebanyakan dari mereka akan menambah jumlah perangkat dari yang mereka miliki saat ini. Jejaring sosial atau aplikasi terbaru juga menjadi daya tarik, maka dari itu perusahaan perlu mempertimbangkan hal ini sebagai aspek yang penting dalam mengembangkan perangkat.” kata Tore Berg, Managing Director for Communication, Media & technology dan Customer Relationship Management, Accenture.
Ketertarikan konsumen Indonesia pada perangkat digital dan aplikasi yang berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan pasar negara berkembang lainnya. 78% responden menyatakan ketertarikannya terhadap wearable eye glass dimana negara berkembang lainnya hanya menunjukkan ketertarikan 64%,  Smartwatch (79%) negara berkembang lain hanya (68%). Home comfort and control (74%) negara berkembang lain hanya (68%), 81 % orang indonesia tertarik terhadap monitor kesehatan dimana negara berkembang (72 %) dan perangkat navigasi di mobil (85%) sedangkan di negara berkembang lain (73%).
Riset Accenture Digital Consumer tahun 2014 ini mensurvei 1000 orang pengguna internet di Indonesia mengenai penggunaan dan kecenderungan dalam membeli perangkat elektronik, konten dan layanan digital. Accenture merupakan perusahaan konsultan menajemen, layanan teknologi dan perusahaan alih daya global dengan kurang lebih 305.000 karyawan yang melayani klien di lebih dari 120 negara.
Dari sisi layanan digital, kurangnya koneksi internet yang dapat diandalkan menjadi sumber kekecewaan konsumen. Menurut hasil riset, 86% melaporkan gangguan dan adanya isu dalam mengakses program TV dan film dari koneksi broadband di rumah. Sebanyak 60% konsumen mengatakan bahwa mereka bersedia membayar lebih untuk koneksi yang lbeih cepat, dan 62% rela membayar lebih untuk akses kapan dan di mana saja. “Riset ini menunjukkan bahwa koneksi broadband tidak berhasil memenuhi ekspektasi konsumen. Konsumen bersedia membayar lebih agar koneksi sama sekali tidak terganggu. Riset ini menyoroti pentingnya kualitas” kata Wong Tjin Tak, Communication, Media & Technology Lead, Accenture Indonesia, dalam jumpa pers yang digelar di Jakarta (7/10/2014).
Hasil riset ini juga menunjukkan bahwa walaupun 55% konsumen digital di seluruh dunia sangat memperhatikan privasi di dunia digital, hal ini merupakan tantangan yang sulit diatasi. Sebanyak 67% konsumen digital bersedia berbagi data pribadi mereka demi layanan tambahan atau potongan harga, dan hukum atau undang-undang untuk perlindungan data. “Saat ini, 52% masyarakat Indonesia mempercayakan data pribadi mereka pada bank. Lalu diikuti oleh penyedia mobile network, kemudian search engine, ”tutup Wong Tjin Tak. (Deni Sukma)

 

Sumber : www.selular.co.id
- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU