Tindakan keras Nokia terhadap pelanggaran paten, sebelumnya juga sudah menyasar vendor-vendor smartphone asal China, khususnya BBK Group.
Untuk diketahui, ambisi BBK Group menaklukkan pasar Eropa ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Tiga brand di bawahnya, masing Oppo, OnePlus, dan Vivo kini tengah tersandung masalah paten.
Setelah dua kompatriotnya, Vivo dikabarkan bersiap untuk menangguhkan penjualan produknya di Jerman. Penghentian penjualan diambil Vivo, setelah pengadilan Jerman memutuskan mendukung Nokia dalam kasus paten melawan tiga vendor China tersebut.
Dalam pernyataan resmi, Vivo menyatakan kecewa dengan keputusan pengadilan distrik Mannheim yang memutuskan karena negosiasi terkait biaya lisensi gagal, Vivo terpaksa menghentikan penjualan smartphone di negara tersebut jika menyertakan teknologi yang dipatenkan oleh Nokia.
Vivo dan Nokia memiliki perjanjian lisensi hingga 2021, tetapi kesepakatan tersebut belum diperbarui, yang mengarah ke tindakan pengadilan.
Sebelumnya Oppo dan OnePlus juga tidak bisa menjual smartphone mereka di Jerman, karena persoalan yang sama, yaitu perselisihan paten dengan Nokia.
Dalam pernyataannya, Vivo mengatakan telah menandatangani perjanjian lintas lisensi dengan banyak perusahaan dalam beberapa tahun terakhir, dan telah bernegosiasi dengan Nokia untuk memperbarui kemitraannya, tetapi belum dapat mencapai kesepakatan.
“Kami sangat yakin bahwa Nokia belum memenuhi kewajibannya untuk menawarkan lisensi dengan persyaratan FRAND (fair, reasonable, non-discrimination),” tambahnya.
Vivo terus menyatakan sedang bersiap untuk mengajukan banding atas keputusan pengadilan, serta meninjau opsi, selain melanjutkan negosiasi dengan Nokia.
Meskipun menyatakan akan menarik diri dari Jerman jika perlu, rencana Vivo dalam jangka panjang untuk pasar Eropa “tidak berubah” dan pelanggan dapat terus mengandalkan layanannya.
Sebagai tanggapan, Nokia menyatakan pengadilan di Jerman telah menemukan bahwa vendor telah bertindak adil, dan keputusan tersebut menegaskan kekuatan portofolio patennya.
Seorang juru bicara Nokia menambahkan pihaknya menyerukan “Vivo untuk menerima kewajibannya dan menyetujui lisensi dengan persyaratan yang adil”.
Baca Juga: Nokia Mulai Unjuk Gigi Di 2 Negara Ini
Sebelum berselisih dengan BBK Group, Nokia juga pernah terlibat perselisihan panjang dengan Apple terkait dengan perjanjian paten.
Menengok ke belakang, Nokia mengajukan tuntutan kepada Apple terkait masalah paten teknologi yang digunakan Apple di banyak produknya. Produk Apple dinilai telah melanggar beberapa paten milik Nokia.
Menurut Nokia, ada 32 hak kekayaan intelektual yang dipakai Apple tanpa seizin perusahaan asal Finlandia tersebut.
Nokia mengajukan tuntutan pelanggaran 32 paten teknologi terhadap Apple di Munchen, Jerman dan Texas, AS. Tuntutan paten ini antara lain paten teknologi display, user interface, software, antena, chipset, dan video coding.
Nokia beralasan terpaksa menuntut Apple karena perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu menolak membayar biaya lisensi.
“Apple menolak tawaran dari kami untuk melakukan kesepakatan atas paten Nokia yang telah digunakan di banyak produk Apple,” ujar Nokia sebagaimana dikutip dari laman Telecom Lead, Minggu (25/12/2016).
Namun setelah pertikaian bertahun-tahun, kedua raksasa teknologi itu akhirnya membuat kesepakatan baru dalam bentuk perjanjian lisensi paten jangka panjang, salah satunya perihal teknologi 5G.
Kedua perusahaan sebelumnya sudah memiliki kesepakatan lisensi pada 2017, dan akan berakhir pada penghujung 2023.
Namun, menjelang tenggat waktu, tepatnya pada Jumat (30/6/2023) telah ditandatangani kesepakatan baru untuk menggantikan yang sebelumnya.
Nokia dan Apple memang belum mengungkapkan ketentuan kesepakatan, namun Nokia akan menerima pembayaran dari Apple yang akan menggunakan teknologinya.
Sebagai informasi, Apple merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan akses pada teknologi Nokia melalui perjanjian lisensi.
Pada 2017 lalu, kedua raksasa itu membuat perjanjian lisensi paten setelah berbulan-bulan mengalami perselisihan hukum yang memanas.
Kesepakatan sebelumnya akan tuntas pada akhir 2023. Belakangan diperbarui karena keduanya memutuskan tidak melanjutkan pertarungan di jalur hukum.
Alih-alih menghabiskan energi dan uang di pengadilan, keduanya bersepakat melanjutkan kerjasama paten secara adil dan menguntungkan.
Bagi Nokia, pilihan menempuh jalur hukum sejatinya merupakan langkah terakhir. Pasalnya, perseteruan hukum tidak bisa diprediksi dan memakan waktu.
Di sisi lain, perseteruan hukum terkait perjanjian paten, dapat memangkas pendapatan. Tengok saja pendapatan Nokia pada kuartal ketiga 2022.
Menurut laporan Reuters, pendapatan paten Nokia turun sebesar 62 juta euro ($60,67 juta), terutama karena perselisihan dengan Oppo dan Vivo. Akibat pendapatan paten yang menurun, margin kotor Nokia juga anjlok hingga 40,1%.
Untungnya, kinerja Nokia pada periode tersebut tertolong tingginya permintaan dari operator terhadap teknologi 5G. Alhasil, laba dan pendapatan yang diraih Nokia jauh lebih tinggi untuk kuartal ketiga.
Tercatat, total pendapatan Nokia pada Q3-2022 mencapai $6,356 juta, meningkat dari $6,290 juta dibandingkan periode yang sama 2021.
Baca Juga: Bukan Nokia, HMD Global Bikin Merek Smartphone Sendiri
Page: 1 2
This website uses cookies.