Terkait dengan teknologi energi terbarukan dan green energy ini, Telkom bekerja sama dengan Medco dan nantinya saat distribusi akan melibatkan PLN.
Tak hanya itu, Telkom pun bekerja sama dengan Singtel yang juga pemain lama data center di Singapura.
Bersama-sama, kedua pihak siap menangkap potensi kebutuhan spillover demand yang berasal dari Singapura dan sekitarnya.
Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan domestik di Indonesia.
Lebih lanjut Bogi mengatakan, pada tahun 2030 nanti Indonesia setidaknya membutuhkan minimal 1.200 MegaWatt atau 1,2 GW data center.
Ini menjadi peluang sangat besar yang tidak lepas dari peran demografi yang menyebabkan kebutuhan tersebut kian meningkat.
Telkom dalam hal ini dapat menjadi bagian dari pemain dominan dan bergerak cepat untuk membangun ekosistem data center.
“Semua lini kehidupan kita itu ke depan akan menjadi terkoneksi secara digital,” ungkap Bogi.
“Basis datanya diperkirakan dari IoT maupun devices itu jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan kita sekarang yang ada di broadband biasa.”
“Telkom sebagai agen pemerintah dalam hal digitalisasi harus berpikir beyond, tidak hanya membangun data center tapi lebih ke membangun ekosistemnya demi membangun negeri ini untuk digital sovereignty,” imbuhnya.
Dalam dua tahun ke depan, TelkomGroup akan fokus untuk memperkuat dan mengembangkan data center yang mereka miliki.
Tujuannya tentu untuk menangkap peluang pasar pemain digital global.
TelkomGroup berupaya untuk memastikan pembangunan dapat segera rampung.
Selain itu, juga data center tersebut terutilisasi, dan menjadi pemain data center yang besar di pasar Asia Tenggara hingga regional.
Dengan demikian langkah untuk mewujudkan kedaulatan digital nasional dapat terakselerasi.
Baca juga: Saham GOTO Terlempar dari 10 Besar Jajaran Emiten Terbesar di BEI, BCA dan Telkom Masih Bertahan
Page: 1 2
This website uses cookies.