Sementara empat sponsor China untuk turnamen 2022, yakni Wanda Group, Vivo, Mengniu Dairy, dan Hisense memiliki profil yang relatif rendah di luar negara asalnya.
Keempatnya adalah perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan dengan pendapatan miliaran dolar.
Wanda Group yang merupakan konglomerat industri yang berdiri pada tahun 1988, dan Mengniu sebagai salah satu produsen susu terbesar di China, masing-masing telah masuk daftar Fortune 500 beberapa kali.
“Piala Dunia bekerja untuk perusahaan China baik di luar maupun di dalam China karena sepak bola memiliki banyak pengikut di China,” kata pakar branding dan konsultan yang berbasis di Singapura, Martin Roll kepada Al Jazeera.
“Ini menandakan dengan kuat bahwa merek-merek Tiongkok ini bermain dalam skala global, dan menampilkannya kepada khalayak Tiongkok memainkan peran penting.”
“Menjadi sponsor dan mitra pemasaran Piala Dunia hanya untuk beberapa merek terpilih yang mampu membelinya, jadi menjadi bagian darinya, merupakan kesaksian aspirasi merek China,” sambungnya.
Pakar branding di Saïd Business School Universitas Oxford, Paul Temporal mengatakan, perusahaan China berharap asosiasi dengan permainan yang indah dapat membantu mereka menghilangkan persepsi negatif tentang label “buatan China”.
“Sponsor olahraga memungkinkan merek China terhubung dengan audiens global yang berbagi kecintaan universal terhadap pengalaman olahraga dalam suasana emosional. Sepak bola melintasi semua batas budaya dan memberikan jangkauan global yang sangat besar,” kata Temporal kepada Al Jazeera.
“Merek China telah belajar dari rekan barat bahwa, meskipun mahal untuk mendapatkan akses ke acara terbaik dunia, sponsorship olahraga memang memberikan hasil jangka panjang baik bagi pemilik merek maupun negara. Merek yang mengglobal adalah duta merek untuk China dan jika berhasil dalam hal pangsa pasar global, dapat memberikan efek positif pada citra merek nasional.”
Sponsor China terbesar di Qatar sejauh ini adalah Wanda Group, salah satu dari tujuh Mitra resmi FIFA, tingkat sponsor tertinggi bersama Coca-Cola, Adidas, Hyundai, Kia, Qatar Airways, QatarEnergy, dan Visa.
Menurut GlobalData, konglomerat berbasis di Beijing yang memiliki investasi di bidang real estat, hiburan, media, manufaktur, dan jasa keuangan, telah berkomitmen USD850 juta atau Rp13,350 triliun sebagai bagian dari kesepakatan 15 tahun yang mencakup semua acara Piala Dunia hingga tahun 2030.
Sebagai perusahaan elektronik konsumen yang berbasis di kota selatan Dongguan, Vivo menghabiskan sekitar USD450 juta atau Rp 7,067 triliun sebagai bagian dari kesepakatan enam tahun yang mencakup Piala Konfederasi 2017 dan Piala Dunia 2018.
Baca juga: Usai Rilis V25e di Indonesia, Vivo V21s Mendarat di Taiwan
Page: 1 2
This website uses cookies.