Sayangnya, era 4G yang dimulai pada akhir 2014, menjadi titik balik dari perjalanan brand-brand lokal. Alih-alih meneruskan kejayaan, brand-brand lokal tak mampu bersaing dengan merek-merek China yang datang bagai air bah.
Sejak Advan menggamit posisi terbesar ketiga di Tanah Air, dengan market share 7,7% (IDC kuartal keempat 2017), performa brand-brand lokal semakin menurun.
Terbukti, memasuki 2018 tak ada lagi vendor lokal yang masuk dalam posisi lima besar. Mirisnya, saat ini – kecuali Advan yang masih terus berusaha bertahan – brand-brand lokal lainnya nyaris tak lagi terdengar suaranya.
Tak dapat dipungkiri, dukungan permodalan dan teknologi membuat brand-brand China dengan cepat mampu menguasai pasar Indonesia dan India.
Kondisi diperburuk dengan minimnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah Indonesia terhadap nasib brand lokal.
Sebagai contoh, hingga kini tak pernah kita dengar pemerintah mendorong terbentuknya hilirisasi industri komponen yang sangat penting dalam memasok kebutuhan perangkat smartphone. Begitupun dengan insentif fiskal yang tidak pernah dinikmati oleh para pengusaha di bidang ini.
Padahal mereka harus melawan raksasa-raksasa yang sepenuhnya mendapat dukungan pemerintah China, yang memang bernafsu menggempur dan menguasai pasar global.
Baca Juga: Noice Buka Kelas Podcast Gratis Untuk Kembangkan Kreator Lokal
Kondisi sedikit berbeda terjadi di India. Meski posisi elit sudah dikuasai oleh brand-brand global, terutama China, demi melindungi brand-brand ponsel lokal, pemerintahan pimpinan PM Narendra Modi, masih berusaha mengubah keadaan, melalui rencana kebijakan yang diyakini dapat membantu brand lokal, agar tidak terkubur dari kerasnya persaingan.
Saat ini pemerintah India berusaha membatasi produsen China untuk menjual smartphone murah di negara itu. Segmen ponsel murah di sini adalah harga di bawah INR12.000 atau setara Rp2,2 juta.
Kebijakan yang cenderung proteksionis itu, didasarkan pada upaya pemerintah India mendorong merek-merek China keluar dari segmen bawah, lapor Bloomberg.
Tentu keputusan ini akan sangat mempengaruhi Xiaomi, Realme, dan Transsion karena mereka adalah brand yang menjual banyak smartphone di segmen di bawah $150 di India.
Menurut Counterpoint, smartphone dalam kategori harga ini berkontribusi sepertiga dari volume penjualan India untuk kuartal hingga Juni 2022, dengan merek China menyumbang hingga 80% dari pengiriman tersebut.
Ide di balik pelarangan merek China dari menjual smartphone di segmen di bawah $150 di India adalah untuk memungkinkan pemain lokal seperti Lava dan Micromax untuk meningkatkan penjualan mereka dalam kategori ini, sekaligus mendapatkan kembali pangsa pasar yang sejak beberapa tahun terakhir, telah dikuasai oleh merek-merek China.
Baca Juga: Pemerintah Akan Larang Smartphone China Murah Edar di India
Penjualan kedua brand itu, tercatat hanya kurang dari 50% dari penjualan smartphone India sebelum mereka dikalahkan oleh merek China, yang menawarkan spesifikasi lebih baik dengan harga lebih rendah dan akhirnya mendominasi pasar smartphone terbesar kedua di dunia itu.
Page: 1 2
This website uses cookies.