Heru menjelaskan sejak awal memang startup ini bisa publik sebut dengan bubble.
Hal ini karena startup sangat rentan karena tidak memiliki aset ķarena aset ada mitra.
Sehingga jika masyarakat tidak meminati atau masyarakat tidak menjadi bagian dari mitra yang kuat untuk startup tersebut, pasti startup ini akan rontok.
“Jadi pemerintah yang sebelumnya memberi target akan ada 25 unicorn di negeri ini maka jadi target yang tidak mudah lagi,” kata Heru.
Heru juga melihat fenomena sejumlah startup yang ada di ujung tanduk ini bukan pecahnya gelembung, tetapi gelembung mulai bocor.
“Kalau saya melihat jika dalam 1-2 tahun ini tidak survive atau menjadi unicorn, maka startup level menengah bersiap untuk rontok,” jelasnya.
“Sehingga, gelombang PHK startup dalam skala besar maupun kecil akan sering kita lihat dalam beberapa waktu ke depan,” lanjutnya.
Heru menambahkan investor saat ini mulai selektif untuk membiayai startup.
Bahkan banyak yang menghentikan investasinya di startup dan bahkan berharap investasi sebelumnya di startup harus mengembalikan modal mereka hingga meraup keuntungan.
“Sementara banyak startup masih bakar uang, sehingga kalau mau aman, harus ada strategi berbeda. Efisiensi utamanya kemudian bersiap IPO,” tandasnya.
Page: 1 2
This website uses cookies.