Ia bekerja menjadi wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.
Baca juga: Hadiri Upacara Hardiknas 2021, Nadiem Makarim Kenakan Baju Adat Suku Rote NTT
Pada masa kolonialisme Belanda, Ki Hadjar Dewantara dikenal karena keberaniannya menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda.
Saat masa penjajahan Belanda itu, pendidikan hanya untuk anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi saja.
Karena kritikya tersebut, ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.
Kemudian mereka bertiga, masyarakat kenal sebagai tokoh Tiga Serangkai.
Kemudian setelah kembali ke Indonesia, Ki Hadjar Dewantara berinisiatif mendirikan sebuah lembaga pendidikan.
Namanya Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.
Saat mendirikan Taman siswa sekaligus mengajar di sekolah tersebut, Ki Hajar Dewantara menciptakan tiga semboyan bagi para guru atau pengajar.
Semboyan yang ia buat terdiri dari tiga poin yang dia tulis dalam bahasa Jawa.
Dari Semboyan tersebut menjadi pedoman bagi guru atau pengajar saat membimbing murid-muridnya dalam hal pembelajaran.
Semboyan tersebut adalah “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani”.
Jika diartikan menjadi “di depan menjadi contoh atau panutan, di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan, di belakang memberikan semangat atau dorongan”.
Hingga kini, semboyan dari Ki Hadjar Dewantara tersebut masih kalangan pendidikan Indonesia gunakan.
Kemudian Ki Hadjar Dewantara juga pernah menjadi menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959.
Maka untuk menghormati jasanya terhadap dunia pendidikan, pemerintah kemudian menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Baca juga: 30 Link Twibbon Hari Kartini 21 April 2022, Bisa Dibagikan di Media Sosial
This website uses cookies.