Bekerjasama dengan operator Smart Telecom (sekarang Smartfren), peluncuran CDMA EVDO Rev. B pertama di dunia itu sukses dilakukan di Bali pada Desember 2009.
Sukses peluncuran tersebut berbuah kesepakatan. ZTE resmi menjalin kerjasama dengan Smart Telecom pada awal 2010. Bahkan ZTE ditunjuk secara ekslusif oleh operator yang kini dikuasai Sinar Mas Group itu, untuk melakukan perluasan jaringan ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sesuai kontrak kerjasama, ZTE diharuskan memasok sekitar 6.000 BTS ke Smartfren untuk meng-cover seluruh area di Indonesia, dengan kapasitas total 25 juta sambungan.
Proyek tersebut termasuk penggunaan solusi, transmisi, jaringan inti, business platform, power supply, dan perangkat lainnya.
Baca Juga: Tak Ingin Kecewakan Pelanggan, Smartfren Cari Momentum Tepat Gelar Layanan 5G
Sukses proyek pertama berlanjut ke tahap berikutnya. Pada Juni 2010, ZTE kembali melakukan penandatanganan kontrak dengan Smartfren untuk memasok konvergensi jaringan CDMA 1x/EVDO.
Kemudian ZTE juga berhasil melakukan uji coba jaringan 4G berbasis LTE (Long Term Evolution) pada Juni 2010, bekerjasama dengan operator terbesar di Indonesia Telkomsel.
ZTE juga berhasil menyelesaikan proyek GPON-based Mobile Backhaul berskala besar yang pertama di dunia untuk PT Telkom Indonesia pada November 2010.
Pada 2014, ZTE resmi kembali menjalin kerjasama dengan Smartfren untuk pengembangan infrastruktur jaringan 4G LTE.
Semua pencapaian itu, membuktikan ZTE mampu berkiprah lebih banyak di bisnis jaringan telekomunikasi Indonesia.
Kini selain dukungan headquarter yang berbasis di Jakarta, ZTE telah memiliki 6 regional offices. Yaitu Banten (Tangerang) – Kalimantan (Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, and Palangkaraya) – Sumatera (Medan, Palembang) – Sulawesi (Manado, Makassar, Kendari, Gorontalo and Palu) – Jawa (Semarang and Surabaya) – Papua (Jayapura, Sorong and Timika) – Maluku (Ambon).
Dengan kehadirannya sejak 26 tahun lalu, ZTE telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia, mulai dari era 2G, 3G, dan 4G.
Kini tantangan ZTE berlanjut saat Indonesia memasuki teknologi 5G. Seperti kita ketahui, tiga operator sudah meluncurkan layanan 5G pada tahun lalu, meski coverage-nya masih terbatas, yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata.
5G dipastikan akan menjadi game changer berikutnya bagi para pemain, terutama operator selular. Berdasarkan laporan A.T Kearney Analysis, Indonesia adalah negara dengan potensi pendapatan tertinggi saat 5G diterapkan di bandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Baca Juga: Dorong Transformasi Digital, ZTE Siapkan Beragam Layanan Untuk Operator dan Industri
Pada 2025, atau saat 5G diperkirakan sudah beroperasi di Indonesia, pendapatan operator selular di Indonesia diprediksi menyentuh US$1,4 miliar — US$1,83 miliar.
Mayoritas pendapatan tersebut disumbangkan pada skema business to business (B2B), disusul segmen business to customer (B2C) dan fixed wireless access.
Dapat disimpulkan bahwa peluang pendapatan terbesar terkait 5G untuk operator, terletak di sektor manufaktur, energi, dan utilitas.
Prinsipnya, kehadiran 5G akan memberikan nilai tambah yang lebih untuk kita semua, baik dari sisi operator, pelanggan, dan juga ekosistem industri.
Tak pelak dengan proyeksi tersebut, semua vendor jaringan di Indonesia bergegas untuk menyiapkan berbagai langkah strategis agar layanan 5G mereka bisa dimanfaatkan oleh operator.
Tak terkecuali dengan ZTE. Vendor yang kini dikomandani oleh Xu Ziyang itu, kerap mengkampanyekan pentingnya kehadiran teknologi 5G di Tanah Air.
Halaman berikutnya
Sejak 2018, ZTE getol membangun 5G bersama operator Indonesia
This website uses cookies.