Diversifikasi Produk di Luar Bisnis Smartphone
Sejak 2020, Huawei telah berusaha keras untuk menyesuaikan operasi akibat pembatasan yang lebih ketat yang diberlakukan oleh Washington. Sanksi itu mencakup akses ke chip canggih yang dikembangkan atau diproduksi menggunakan teknologi AS, dari mana saja.
Perusahaan yang identik dengan logo bunga merah menyala itu, terus mengejar inisiatif untuk mendiversifikasi operasinya.
Strategi itu termasuk menyusun rencana untuk bersama-sama mengembangkan kendaraan sport listrik mewah, menjual smartphone yang diperbaharui dan melisensikan desain handsetnya demi memperluas aliran pendapatan.
Area kunci baru adalah kendaraan listrik pintar, dengan tujuan membantu pembuat mobil melengkapi kendaraan mereka dengan fungsi cerdas seperti autopilot, sebuah tren yang muncul di tengah upaya untuk mengkomersialkan teknologi mengemudi otonom.
Baca Juga: Huawei Banjir Potongan Harga di Program Ulang Tahun Lazada
Huawei juga memperluas operasi layanan cloud di kawasan Asia-Pasifik, membantu perusahaan domestik mengurangi jejak karbon mereka, memasok lebih banyak BTS 5G dan peralatan jaringan inti ke operator telekomunikasi utama China, membangun kemitraan untuk platform seluler HarmonyOS dan melepaskan bisnis smartphone anggaran Honor.
Saat ini Huawei diketahui telah membentuk empat unit bisnis baru untuk mengatasi dampak dari sanksi AS. Keempatnya yakni layanan transformasi digital bea cukai dan pelabuhan, teknologi mengurangi konsumsi energi pusat data, sistem cerdas untuk jalan raya, serta industri fotovoltaik.
Pendiri Huawei Ren Zhenfeng, mengatakan bahwa bahwa keempat unit bisnis akan beroperasi sebagai entitas independen.
“Mereka akan dapat dengan cepat mengumpulkan sumber daya untuk meningkatkan efisiensi,” kata Ren.
Sebelumnya karena sanksi AS, Ren meminta karyawannya untuk fokus pada software termasuk platform cloud AI Mindspore dan sistem operasi HarmonyOS. Huawei juga berencana untuk merambah pasar besar lainnya selain AS.
“Begitu kita mendominasi Eropa, Asia Pasifik dan Afrika, jika standar AS tidak setara dengan kami, dan kami tidak bisa memasuki AS, maka AS tidak bisa memasuki wilayah kami,” kata Ren, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (27/5/2021).
Baca Juga: Teknologi 5G Huawei dengan Layanan dan Inovasi di Sejumlah Kota di Indonesia
Di sisi lain, direktur firma riset Strategy Analytics Yang Guang mengatakan, Huawei mendiversifikasi bisnis agar tidak bergantung pada bisnis smartphone yang membutuhkan chipset kelas atas.
“Industri fotovoltaik misalnya, tidak memerlukan chip canggih seperti yang digunakan pada smartphone,” kata Yang Guang.
This website uses cookies.