Jakarta, Selular.ID – Ditengah gempuran vendor-vendor asal Tiongkok, Advan menjadi satu-satunya pabrikan ponsel lokal yang mampu bertahan di posisi lima besar. Mengacu pada laporan Quarterly Mobile Phone Tracker -International Data Corporation (IDC) pada kuartal ketiga 2016, terungkap bahwa Samsung menguasai sekitar 32,2% pangsa pasar smartphone di Indonesia, disusul OPPO (16,7%), Asus (8,2%), Advan (6%), Andromax Smartfren dan Lenovo (5,7%), serta merek lainnya.
IDC menyebutkan salah satu kunci sukes Advan mampu bersaing dengan brand-brand global adalah strategi line up produk yang terbilang beragam. Dalam setiap kwartal, Advan rajin meluncurkan produk baru yang umumnya menyasar segmen menengah bawah. Advan bahkan memperkenalkan delapan model smartphone 4G yang terjangkau hanya pada periode kwartal ketiga 2016. Model 4G dari Advan ini tergolong cepat laku berkat aktivitas pemasaran mereka yang fokus pada saluran ritel.
Strategi Advan yang rajin mengenalkan produk baru dengan harga terjangkau, memang sejalan dengan karakteristik sebagian besar konsumen di Indonesia. Menurut IDC, smartphone dengan rentang harga US$ 250 adalah yang paling diminati. Sejak awal, Advan secara jeli membangun positioning di segmen menengah bawah. Vendor yang memiliki pabrik di Semarang itu, memborbardir pasar dengan smartphone terjangkau, namun dengan fitur yang tak kalah dengan brand global.
Meski dikenal getol memperkenalkan produk baru, strategi Advan pada tahun ini terbilang berbeda dibandingkan 2016. Menurut marketing Director Advan Tjandra Lianto, sepanjang 2017 pihaknya hanya akan fokus pada sembilan produk terbaik, termasuk seri G yang merupakan produk flagship.
“Tahun ini Advan berupaya fokus mempertahankan posisi yang sudah diraih. Dengan hanya meluncurkan sembilan produk terbaik, membuat kami lebih fokus memasarkan setiap produk. Sehingga persepsi yang kuat di segmen entry level dan menengah akan semakin tercipta di benak konsumen”, ujar Tjandra.
Strategi Advan yang tak lagi jor-joran produk baru, menambah deretan brand yang memilih fokus menggarap pasar dengan kekuatan produk, pemasaran yang agresif, serta dukungan jaringan ritel yang tersebar luas di kota-kota besar.
Oppo misalnya, keberhasilan menyodok ke posisi kedua, bukan karena banyaknya produk yang mereka gelontorkan ke pasar. Namun, karena positioning yang tepat, seperti selfie expert dari jajaran F1 hingga F1s. Aktifitas promosi yang konsisten di berbagai kanal, membuat umur produk menjadi lebih lama.